"Lokasinya terlacak!" teriak salah satu anak buah Pucho setelah beberapa jam memandangi layar komputer di hadapannya. Kabar darinya itu langsung
membuat Zean dan Christian berjingkrak kaget sekaligus senang. Mereka menghampiri anak buah Pucho itu."Di mana?" tanya Zean tidak sabaran.
"Mereka ada di gedung tua dekat perbatasan Jakarta sama Bogor," terang Danuarta anak buah Pucho tersebut.
Zean dan Christian saling tatap. Keduanya mengangguk mantap. "Tetap pantau datanya. Gue sama Zean dan anak-anak lain bakalan ke sana."
Danuarta mengangguk patuh. Pria berusia tiga puluh tahun itu kembali fokus pada layar komputer.
"Freya udah kasih sinyal ke kita, gue harap dia baik-baik aja," ujar Zean penuh pengharapan.
"Semoga. Lo hubungin orang tuanya. Gue mau kabarin bokap gue dulu," balas Christian.
"Gue kasih tau inti yang lain juga. Kita ke sana sama-sama," final Zean kemudian menjalankan aksinya. Semoga mereka benar-benar menemukan Freya.
Christian, Zean, Aldo,Ollan dan Baran mengendarai motornya mengikuti sebuah mobil yang di dalamnya terdapat Pucho, kedua orang tua Zean, dan kedua orang tua Freya. Mereka semua sedang menuju arah lokasi di mana Freya berada. Waktu menunjukkan hampir tengah malam, tetapi mereka tidak mengindahkannya. Jalanan yang sepi dan berbatu itu mereka lewati tanpa rasa takut sedikit pun.
"Oniel mana?" tanya Zean setengah berteriak saat melihat Ollan yang hanya mengendarai motornya sendirian.
"Gue nggak tahu. Tiba-tiba dia ilang dan telepon gue nggak diangkat." balas Ollan sedikit berteriak.
"Ck" Zean berdecak sebal. Entah pergi ke mana sahabat mereka yang satu itu.
"Ini masih jauh nggak, sih?" tanya Aldo yang mulai merasakan pegal pada pantatnya. Apa lagi Baran yang terus menyenderkan tubuhnya di punggung miliknya. "Lo berat. Ara! Jangan nyender kayak cewek gini."
"Pelit amat lo, Kain Kafan!" balas Baran ikut kesal.
"Dikit lagi sampai."balas Christian yang sejak tadi memantau lokasi melalui ponsel miliknya, la berboncengan dengan Zean, sementara Aldo dengan Baran dan Ollan sendirian.
Tidak berselang lama setelah itu, akhirnya mereka semua sampai di sebuah bangunan besar yang sudah tidak terpakai. Dilihat dari luar, bangunan tua itu terlihat mengerikan. Tidak ada pencahayaan di sana.
Pucho dan para orang tua lainnya turun secara bergantian dari dalam mobil. Mereka semua membawa senter di tangan masing-masing. Christian dan kawan-kawan pun turun dari motor. Sebelum masuk ke dalam, mereka semua berkumpul terlebih dahulu.
"Jangan ada yang mencar kalau nggak mau hilang," ujar Pucho memberikan perintah. "Saling jaga satu sama lain. Jangan ada yang ceroboh."
Mereka semua mengangguk mendengar perintah dari purna ketua Sannoh angkatan satu.
Setelah mendengarkan perintah dari Pucho, mereka bersepuluh mulai memasuki gedung tua itu. Bau pengap dan hawa dingin pun melengkapi perjalanan mereka untuk menemukan Freya.
"Bar, gue rela, deh, sembunyi di ketek lo. Dari pada nanti gue lihat penampakan," ujar Aldo seraya memandang ngeri ke sekitarnya. "Penakut lo!" ledek Baran.
Christian yang mendengar sedikit keributan itu pun langsung menatap mereka tajam. Baran dan Aldo dibuat kicep karenanya.
"Kayaknya ada di lantai atas," ujar Sean berpendapat.
"Masih jauh banget. Nggak ada lift lagi," keluh Aldo.
"Pale lo ada lift. Ini gedung tua! Lo pikir mall?" Ollan menggelengkan kepalanya heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seamin Tak Seiman
Romance[Completed ✓] Cinta menyatukan kita yang tak sama aku yang mengadah dan tangan yang kau genggam Berjalan salah,Berhenti pun tak mudah Apakah kita salah!!! "Seamin tak seiman"