Hari Terakhir

875 97 5
                                        

Freya menuruni tangga dengan cepat saat mendengar bel di rumahnya berbunyi. Gadis itu tidak memedulikan rambutnya yang seperti sarang barung. Bukannya terlihat jelek, Freya justru terlihat menggemaskan. Apalagi kini gadis itu masih memakai baju tidur.

Saat ia membuka pintu rumahnya, tepat saat itu juga kedua mata Freya membulat sempurna. Bagaimana tidak? Di depannya kini ada Vion yang berpakaian rapi setelah beberapa hari terakhir cowok itu menghindari dirinya.

"Pagi, Queen." sapa cowok itu dengan senyum yang mengembang sempurna.

Freya hanya terdiam dengan wajah bodoh, membuat Vion tertawa gemas. "Awas kesambet," ujar Vion seraya mengacak rambut Freya. "Ini... beneran Kak Vion, kan?" tanya Freya masih tak percaya. "Iyalah, masa setan."

Freya cengengesan. Gadis itu menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Kak Vion mau ngapain?"

"Gue ajak lo pergi bentar, mau? Ada hal yang perlu gue bicarain sama lo," balas Vion dengan wajah yang mulai serius.

Freya mengedipkan matanya dua kali sebelum akhirnya mengangguk. "B-boleh."

Vion tersenyum. "Mandi, gih. Masa lo mau keluar kayak gitu." la tertawa di akhir kalimatnya.

Freya refleks melihat penampilannya sendiri. Sadar dengan penampilannya sekarang, Freya pun menutup wajahnya malu. "Tiga puluh menit!" Setelah mengatakan itu, Freya langsung berlari terbirit-birit masuk ke dalam rumah. Vion yang melihat itu pun tersenyum geli seraya menggeleng- gelengkan kepalanya. Namun, itu semua tidak berlangsung lama ketika cowok itu mengingat status Freya dengan Zean sekarang. Senyumnya luntur saat itu juga.

***

"Pantai?"

Vion mengangguk. la menarik tangan Freya dan mengajak gadis itu untuk pergi ke dermaga. Setelah menempuh perjalanan selama satu jam, akhirnya keduanya sampai di sebuah pantai. Semilir angin yang berembus kencang juga deburan ombak ikut melengkapi suasana di pantai itu. Freya tersenyum lebar, menatap air pantai yang terbentang luas. Rambut gadis itu tertiup angin, memberikan kesan cantik yang begitu alami dalam diri Freya.

"Lo suka?" tanya Vion.

Freya mengangguk cepat. "Suka banget!".

Vion menghadapkan tubuhnya ke arah Freya. Cowok itu mengusap kepala Freya dengan penuh kasih sayang. "Lo cantik banget, Queen."

Freya terkekeh ringan. "Baru nyadar? Gue, kan, udah cantik dari dulu. Kak."

"Pede banget." Vion menerawang jauh ke depan. Ia menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Cowok itu terlihat hendak mengatakan sesuatu.

"Mau ngomong apa? Kok, kayak bingung?" tanya Freya yang langsung peka

Vion melipat bibirnya. Jujur saja ia merasa begitu gugup kali ini. "Gue mau ngomong soal perasaan gue ke lo."

Freya menatap cowok itu bingung. Otaknya masih berupaya untuk mencerna perkataan Vion. "Maksud Kakak?"

Vion menghela napas panjang. la menggenggam hangat kedua tangan Freya. Tatapan cowok itu menatap teduh kedua manik hitam kecokelatan milik Freya. "Gue suka sama lo sejak pertama kali kita ketemu."

Jantung Freya mendadak berdebar tidak karuan. Gadis itu meneguk ludahnya susah payah. Tubuhnya mendadak terasa panas dingin. Ia menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Pandangannya itu ia tundukkan karena tidak berani menatap kedua mata Vion.

"Lo... cewek pertama yang bikin gue jatuh sejatuh-jatulinya," lanjut cowok itu.

"Tapi..., kenapa? Kenapa Kak Vion suka sama gue?"

Seamin Tak SeimanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang