Iman Yang Tak Sama

805 93 0
                                    

Zean membaringkan tubuh Adelio di atas kasur. Senyumnya mengembang tipis melihat sang adik yang tertidur begitu pulas. Setelah itu, ia menyelimuti adik laki-lakinya itu sampai ke batas dada.

Setelah mematikan lampu kamar, Zean berjalan keluar dari kamar adiknya. Kaki-kaki jenjangnya itu melangkah turun ke lantai bawah. Hari sudah malam tetapi ia masih belum bisa tidur. Sepertinya, menemui Freya di jam segini adalah pilihan yang tepat.

Zean membuka pintu rumahnya secara perlahan lalu melangkah keluar.la menyeberang jalan untuk mencapai rumah Freya yang berada di depannya.
Seluruh lampu rumah gadis itu sudah padam, kecuali bagian kamarnya.

"Freya!" teriak Zean dengan kencang. la memencet bel rumah Freya beberapa kali agar gadis itu dengan cepat membukakan pintu untuknya.

Tidak berselang lama, Freya keluar dengan baju tidur yang membalur tubuhnya. Rambut gadis itu acak-acakan. Kedua tangannya memegang stik PS.

"Mau ngapain?! Kangen pasti!" terka Freya kepedean. Zean memutar bola matanya. Tidak ingin menjawab pertanyaan Freya ia segera masuk dan menuju kamar Freya yang berada di lantai dua.

"Woi! Nggak sopan!" teriak Freya sembari mengejar Zean.

Sampai di kamar gadis itu, Zean langsung menuju ke balkon. Terdapat sebuah kursi panjang di sana. Tanpa pikir panjang, ia pun langsung mendaratkan bokongnya di sana.

"Ya."

"Apa? Aku mau main PS, ganggu aja kamu," balas Freya menggerutu sebal

"Duduk sini," titah Zean seraya menepuk kursi yang didudukinya.

Tidak ingin membantah, Freya pun menuruti ucapan cowok itu. la duduk berdempetan dengan Zean. "Kenapa, sih? Kok, kayak aneh."

Zean membaringkan tubuhnya di atas kursi dan menjadikan paha Freya sebagai bentalan. Kedua mata tajamnya itu menatap manik mata milik Freya dengan seksama.

"Mau dielus," kata Zean dengan nada sedikit manja.

Freya memutar bola matanya. Kumat, deh, sifat manjanya! Padahal Zean selalu bersikap garang di depan orang-orang. Meskipun begitu, Freya tetap melakukannya dengan senang hati.

"Manja banget, mirip Bobo," balas Freya, lalu terkikik geli.

Zean berdecak sebal. la menekuk wajahnya tidak suka. "Aku manusia, bukan kambing kayak dia."

"Ih, nggak apa-apa, kalian, kan, sama-sama lucu."

"Nggak."

Freya tertawa lagi. "Kalian berdua itu ibarat tahu dan tempe. Nggak bisa dipisahkan."

"Kapan kamu berhenti nyamain aku sama Bobo?"

Freya mengetukkan jari telunjukknya di kening. "Kayaknya nggak akan pernah deh. Kan udah aku bilang, kalian itu ibarat tahu dan tempe, saling menyayangi dan saling melengkapi."

Zean berdecak pelan. "Terserah."

Cowok itu memejamkan mata, menikmati elusan lembut tangan Freya di kepalanya. Semilir angin yang berembus itu menyapu lembut permukaan kulitnya.

Sementara itu, Freya hanya diam dengan pandangan kosong. Sudah beberapa hari ini Freya merasa kalau Vion benar-benar menghindari dirinya dan itu membuatnya kepikiran. Apakah ia mempunyai salah kepada cowok itu? Namun, Freya rasa ia tidak melakukan kesalahan. Entah apa yang membuat Vion menghindar ketika tidak sengaja berpapasan dengannya. Padahal biasanya, Vion selalu saja menemuinya di sekolahan. Bukan apa- apa, Freya hanya merasa kalau ada sesuatu yang hilang darinya.

"Ya? Kok, ngelamun?" tanya Zean dengan kening berkerut.

Freya yang langsung tersadar itu pun menggeleng-gelengkan kepalanya untuk kembali fokus. "Nggak apa-apa, kok, Zee."

Zean menatap tidak suka ke arah Freya. "Kamu bohong. Bilang sama aku, kamu kenapa?"

"Mmm..., aku ngerasa Kak Vion akhir-akhir ini berubah," balas Freya jujur.

"Berubah kenapa?"

"Dia kayak ngehindarin aku. Waktu papasan di sekolahan pun di langsung
malingin muka dan pergi gitu aja. Padahal biasanya dia nggak kayak gitu," jelas Freya mengungkapkan unek-uneknya.

"Penting?" Zean mengangkat sebelah alisnya.

Freya tertawa melihat itu. "Kamu cemburu, ya?" godanya. Dari wajahnya saja Freya sudah bisa menebak kalau Zean merasa cemburu.

"Hm."

Mencoba mengganti suasana yang canggung itu, Freya pun mencari topik baru. "Besok jogging, yuk, Zee."

Zean menggeleng pelan. "Aku, kan, pergi ibadah, Eya. Sabtu aja, ya?"

Freya meringis pelan. Ia melupakan satu kenyataan itu. "Tiap lihat kamu pergi ke gereja, aku ngerasa jauh banget sama kamu, Zee," kata Freya dengan sorot sendu di matanya.

Zean membuka matanya kembali. Cowok itu menatap Freya dengan pandangan yang sulit diartikan. "Kita emang deket, tapi kenyataannya... kita itu jauh banget."

Freya tertawa hambar. "Kita emang punya "amin" yang sama, tetapi dengan iman yang berbeda."





To Be Continue




Jangan lupa vote dan komen ya guys
Maaf kalau ada typo

Huhuhuhu Ashel udah Grad aja guys
Gw jadi sedih pake banget😭😭

Huhuhuhu Ashel udah Grad aja guysGw jadi sedih pake banget😭😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Seamin Tak SeimanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang