Jauh

693 103 5
                                    

Freya duduk termenung di atas kursi roda. Tubuh gadis itu terlihat semakin kurus dengan cekungan di matanya. Sejak Zean dibawa pergi, senyum gadis itu seolah direnggut begitu saja. Berbagai upaya sudah Aran dan Chika lakukan demi kesembuhan anaknya. Bukan hanya fisik, tapi hati kecil gadis itu terusik. Kinan dan Cindy sudah mendekam di penjara, sementara Bu Melody dan Marsha di-blacklist dari SMA Senandika oleh Pucho.

Seolah kehilangan semangat hidupnya, Freya benar-benar terlihat seperti mayat hidup.

"Zee di mana? Eya kangen...." lirih gadis itu pilu. Christian dan inti Sannoh lainnya saling tatap. Mereka juga merasakan kehilangan luar biasa terhadap Zean yang entah dibawa pergi ke mana.

"Fre? Minum obat dulu, ya?" bujuk Niki yang berdiri di samping kursi roda gadis itu. Mereka kini tengah berada di kamar Freya.

Gadis itu menggelengkan kepalanya lemah. "Zee mana?"

Niki menghela napas berat. Cowok itu berjongkok di hadapan Freya. Otaknya ia paksa untuk berputar memikirkan cara untuk menghibur gadis itu. "Fre, lo tau nggak kenapa gue bisa tau semuanya tentang lo?" tanya Niki. Freya masih diam. Tatapannya terlihat kosong.

"Di sekolah lama, gue sama Flora temenan. Dia sering curhat ke gue soal kalian berdua. Dia juga sering nyeritain lo dan segala hal yang lo suka Makanya, waktu ketemu lo di SMA Senandika, gue udah nggak asing lagi sama lo," lanjut Niki meskipun Freya terlihat tidak peduli.

Flora yang mendengar itu pun tersenyum. "Katanya, dia suka manggil kamu dengan sebutan Queen karena menurutnya itu bagus dan cocok sama kamu, Fre."

"Freya kan emang ratunya dari semua ratu," timpal Aldo. Cowok itu ikut mendekat ke arah Freya.

"Fre, gue janji, deh, bakalan cari pacar kalau lo mas senyum. Dikit aja senyumnya. Gue kangen liat lo bahagia." Masih tidak ada jawaban dari Freya.

"Fre, nanti aku kasih kamu permen yang banyak kalau kamu mau makan dan senyum terus kayak biasanya," ujar Christy mencoba membujuk Freya dengan caranya sendiri.

"Kita bakalan lakuin apa pun asal itu bisa bikin lo bahagia, Fre," ucap Ollan menatap sendu ke arah Freya.

"Bukan cuma lo yang ngerasa kehilangan, Fre, tapi kita juga. Apalagi lihat lo yang terus-terusan sedih kayak gini. Itu bener-bener bikin kita semua bingung harus buat apa lagi, Fre." Baran menghela napas berat.

"Fre? Zean kalau tau lo kayak gini pasti sedih. Balik kayak biasanya, ya? Zean pasti balik sama kita-kita lagi," ucap Christian.

"Eya mau Zee. Eya cuma mau dia.... Zee di mana?" lirih Freya dengan setitik air mata yang turun dari sudut matanya.

***

Ini sudah masuk minggu kedua di mana Zean belum juga sadarkan diri. Cowok itu seolah masih setia menutup matanya tanpa ingin membukanya. Peluru yang tertancap di dadanya memang tidak mengenai jantungnya, tetapi Zean benar-benar kehilangan banyak darah kala itu. Setelah melewati masa kritis, pada akhirnya cowok itu dinyatakan koma dalam kurun waktu yang tidak bisa ditentukan.

"Sayang, ayo buka mata kamu." Gracia memandang sendu ke arah wajah Zean yang terlihat begitu pucat.

"Banyak yang kangen sama kamu, Zee. Adelio tiap hari nanyain kenapa kamu nggak bangun-bangun."

Gracia mencium tangan Zean yang terbebas dari selang infus. "Kamu nggak kasian sama Mama? Semenjak kamu sakit, Mama jadi males buat ngapa-ngapain. Mama kangen sama kamu, Zee."

Tangan Gracia beralih mengusap rambut hitam lebat milik Areksa. "Zee...., ayo bangun Sayang...."

Ceklek.

Seamin Tak SeimanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang