Freya menoleh ke samping saat merasa kursi yang didudukinya sedikit Tergoyang. la menatap bingung juga berdecak malas saat melihat Marsha yang duduk di sampingnya. Entah untuk apa gadis itu datang menemuinya di taman belakang sekolah saat jam pelajaran sedang berlangsung.
"Buat lo." Marsha menyodorkan sebotol air mineral ke arah Freya. Namun, gadis itu tidak kunjung menerimanya, membuat Marsha memutuskan untuk meletakkan botol air mineral itu di samping Freya.
"Gue mau ngomong bentar sama lo, Fre," ujar Marsha. Gadis itu menatap Freya yang sudah membuang mukanya ke arah lain. Helaan napas panjang keluar dari mulutnya.
"Mau ngetawain gue? Pergi sana. Jangan bikin gue tambah muak liat muka lo," sinis Freya.
Marsha menggeleng pelan. Gadis itu tersenyum lembut. Tidak ingin terpancing oleh amarah Freya kepadanya. "Lo boleh marah sama gue. Tapi,tolong jangan sama Zean, Fre."
"Terserah gue. Hidup-hidup gue. Apa urusannya sama lo?"
Marsha menerawang jauh ke depan. Ada sorot penuh rasa bersalah di kedua mata gadis itu. "Lo tau nggak kenapa Zean bisa kelepasan sampai bentak lo di lapangan?"
Freya melirik sekilas ke arah Marsha. Gadis itu mulai tertarik dengan arah pembicaraan Marsha.
"Kemarin pagi, seluruh anggota OSIS kena marah habis-habisan sama kepsek. Sekitar sepuluh murid ketahuan bawa rokok. Lo tau kan sekolah kita paling anti sama rokok?" terang Marsha panjang lebar. "Dan ya..., Zean paling ngerasa bersalah di sana. Kita baru aja sampai di sekolah, tapi tiba-tiba disuruh kumpul dan langsung kena marah habis-habisan."
Freya hanya diam sembari terus mendengarkan apa yang Marsha jelaskan.
"Zean paling tertekan. Dia ngerasa gagal jadi ketua OSIS. Itu bukan tanggung jawab yang mudah, Fre. Zean orangnya gampang kepikiran. Meskipun udah selesai kena marah dan kepsek juga udah maklumin kelalaian kita, tapi dia masih ngerasa bersalah dan nggak becus."
Freya menundukkan kepalanya. Gadis itu merasa tenggorokannya tercekat. Tepukan pelan di pundaknya dari Marsha itu membuatnya menoleh ke arah gadis itu.
"Tolong maafin dia. Di sini emang gue yang salah dan terlalu maksain buat jadi anggota OSIS." Marsha tersenyum. "Awalnya gue nggak mau,Fre.Tapi, karena Mama gue maksa, jadi gue ngikut aja."
Freya menatap kedua mata Marsha untuk mencari kebohongan di sana. Namun, hasilnya nihil. la hanya menemukan sorot penuh ketulusan di sana.
"Gue salah, ya, udah marahin Zean?" tanya Freya.
"Kalian sama-sama salah. Gue juga ngerti kenapa kemarin lo bisa ngomong gitu ke gue." Marsha memegang kedua pundak Freya. "Yang perlu lo ingat, Zean itu cuma suka sama lo. Gue bisa ngerasain betapa berharganya lo di mata dia, Fre. Bahkan waktu rapat tadi aja, dia sama sekali nggak bisa konsen."
"Lo... nggak marah?"tanya Freya.
Marsha menggeleng. "Gue nggak marah. Apa yang lo bilang kemarin emang bener. Gue penyakitan dan nggak sempurna kayak yang lain." Gadis itu menundukkan kepalanya. "Jangan marah lagi, ya, Fre? Gue... gue bingung harus gimana lagi."
Marsha meringis pelan. Ia merasa kalau dirinya sudah menjadi manusia paling tidak punya perasaan di dunia. "Maaf, Sha," cicitnya pelan.
"Lo maafin gue, Fre?" tanya Marsha dengan wajah sumringah. Freya menggeleng. "Lo nggak salah. Justru gue yang salah. Maaf, ya?"
Marsha tersenyum lebar menanggapi itu. "Lo boleh benci gue karena itu hak lo. Makasih udah maafin gue, Fre."
Marsha berdiri dari duduknya. "Perbaiki hubungan kalian. Dan satu lagi. gue nggak pernah sekali pun punya rasa suka ke Zean. Dia cuma punya lo, dan selamanya akan begitu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Seamin Tak Seiman
Romance[Completed ✓] Cinta menyatukan kita yang tak sama aku yang mengadah dan tangan yang kau genggam Berjalan salah,Berhenti pun tak mudah Apakah kita salah!!! "Seamin tak seiman"