Seamin dan Seiman

1.1K 102 22
                                    

"Mama sama Papa ikhlas, kan?" tanya Zean yang duduk di hadapan Sean dan Gracia. Sekujur tubuh cowok itu terasa begitu dingin dan jantungnya pun berdebar kencang tak karuan.

Sean mengangguk. la mengusap singkat puncak kepala anak sulungnya."Keyakinan seseorang ada di dalam hati masing-masing. Papa sama Mama tidak bisa memaksakan. Semua keputusan ada di tangan kamu, Zee. Kamu beneran udah mantep, kan?"

Zean mengangguk tanpa ragu. Tekadnya sudah dibulatkan. Tidak ada setitik pun keraguan di dalam benaknya. "Zean siap masuk Islam."

"Sama kayak Papa, Mama juga kayak gitu. Kalau ini sudah menjadi keputusan kamu, kami tidak bisa melarang. Kamu tetap menjadi bagian dari keluarga meskipun keyakinan kamu nanti akan berbeda." Gracia merentangkan tangannya kemudian memeluk singkat Zean.

Zean tersenyum lega. Ia bersimpuh di kaki Sean dan Gracia untuk mendapatkan izin. Keputusannya sudah bulat dan tidak dapat diganggu gugat.

"Masuk ke dalam, Mama sama Papa bakalan nunggu kamu di luar. Om Aran, Tante Chika, sama Freya pasti udah nungguin kamu," titah Gracia yang langsung mendapatkan anggukan kepala dari Zean. Cowok itu bangkit dari bersimpuhnya di kaki orang tuanya. Dengan memantapkan hatinya, ia masuk ke dalam rumah Freya. Di sana sudah ada Aran dan Chika juga Freya dan Flora.

"Duduk, Zen." Aran menepuk sofa yang didudukinya. Ia memberikan instruksi agar Zean duduk di sebelahnya. "Kamu yakin tidak ada paksaan untuk masuk ke dalam agama Islam, kan?"

"Yakin tidak ada, Om," balas Zean mantap.

"Kamu ikuti ucapan Om pelan-pelan, ya," ujar Aran seraya memegang kedua tangan Zean yang terasa begitu dingin.

Sementara itu, Freya terus menatap Zean dengan hati yang tidak karuan. Antara takut, tidak menyangka, dan juga bahagia. Flora dengan setia merangkul pundak saudara tirinya itu.

"Bismillaahirrahmaanirrahiim," ucap Aran mulai menuntun Zean.

"Bismillaahirrahmaanirrahiim," ujar Zean menirukan.

"Asyhadu..."

"Asyhadu..."

"An laa," lanjut Aran.

"An laa," sambung Zean. Cowok itu merasakan getaran yang begitu hebat di tubuhnya.

"Ilaaha."

"Ilaaha."

"Illallaahu."

"Illallaahu."

"Wa asyhadu."

"Wa asyhadu."

"Annaa."

"Annaa"

"Muhammadar."

"Muhammadar."

"Rasuulullah."

"Rasuulullah."

Aran semakin mengeratkan genggamannya pada Zean. "Aku bersaksi bahwa-"

"Aku bersaksi bahwa," tiru Zean.

"Tidak ada Tuhan selain Allah."

"Tidak ada Tuhan selain Allah."

"Dan aku bersaksi bahwa-"

"Dan aku bersaksi bahwa-"

"Nabi Muhammad adalah urusan Allah."

"Nabi Muhammad adalah utusan Allah."

"ALHAMDULILLAH! teriak Aran, Chika, Freya dan Flora secara bersamaan. Mereka semua tidak kuasa membendung air mata bahagia. Zean pun sama. Cowok itu menitikkan air mata dari sudut matanya, la merasakan keajaiban yang luar biasa dalam hidupnya untuk yang pertama kalianya. "Al-Fatihah," ujar Aran membuat mereka semua kompak menengadahkan tangan.

Seamin Tak SeimanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang