"Sejak kapan?"
Pertanyaan itu keluar dari mulut Christian. Cowok itu duduk bersebelahan dengan Zean di rooftop sekolahan. Asap rokok milik Christian itu mengebul ke udara.
"Udah lama," balas Zean jujur.
"Lo kalau nggak bisa jagain dia, ngomong sama gue. Freya masih punya banyak temen yang bisa ngerawat dia," kata Christian sedikit emosi.
"Maafin gue, Chris. Gue gagal jagain dia." Zean menundukkan kepalanya dalam. Rambut hitam cowok itu terlihat berantakan karena terpaan angin.
"Kenapa nggak pernah bilang kalau Freya sering nyakitin diri sendiri? Kalau ada apa-apa langsung bilang, Zen."Ucap Christian.
"Gue udah janji sama dia buat nggak bilang ke siapa-siapa. Termasuk Sannoh sekali pun." Zean menyenderkan tubuhnya di sandaran sofa usang. Kedua matanya menerawang jauh ke depan.
"Sekarang, perasaan lo gimana?" tanya Christian pada sahabatnya itu.
"Gue cuma capek." Zean meraup wajahnya kasar. "Gue nggak peduli kalau kalian mau marah sama gue. Kalau mau hajar gue rame-rame, silahkan,Gue nggak ngelarang."
Christian membuang putung rokoknya kemudian menginjaknya hingga apinya padam. "Gue nggak tau kelanjutan hubungan kalian bakalan kayak gimana. Gue cuma mau ingetin lo. Jangan sekali-kali buat Freya nangis lagi." Christian bangkit dari duduknya. la menepuk pundak sahabatnya itu pelan.
"Gue paham lo butuh istirahat. Freya emang egois, tapi dia butuh lo buat lewatin semua masalahnya." Christian mengulas senyuman tipis. "Lo laki,jangan nyerah cuma karena masalah kayak gini." Setelah mengatakan itu, Christian pun melenggang pergi dari sana. Meninggalkan Zean dengan berbagai macam hal yang berkecamuk di dalam pikirannya.
***
"Semoga berhasil, ya, Fre. Hati-hati," ujar Flora. Gadis itu tersenyum hangat ke arah Freya. Orang tua mereka sedang pergi, membuat kedua gadis itu bisa melancarkan aksi mereka.
Freya mengacungkan dua jempolnya. Gadis itu sudah bersiap untuk pergi dari rumah. "Doain gue." Senyumnya mengembang lebar hingga memperlihatkan gigi-giginya yang berjajar rapi.
Freya naik ke atas motornya. Setelah memakai helm di kepalanya, ia pun mulai menyalakan mesin motornya itu.
"Zean beneran nggak ada di rumah, ya?" tanya Flora untuk memastikan. "Gue udah tanya ke Tante Gracia sama Om Sean. Kata mereka, Zean pergi keluar," balas Freya.
Hari ini adalah hari di mana hubungannya dengan Zean resmi sebulan. Freya berniat merayakannya kecil-kecilan di sebuah restoran. Karena Zean tidak ada di rumah, Freya pun mengirim pesan kepada cowok itu untuk bertemu dengannya di restoran itu.
Meskipun sampai sekarang Zean belum membaca pesannya, tapi Freya tetap nekat. la yakin cowok itu akan datang nantinya. Freya menggunakan ponsel dan nomor milik Flora untuk menghubungi cowok itu.
"Gue pergi dulu, Flo," ujar Freya bersiap-siap untuk melajukan motornya. "Hati-hati!" teriak Flora saat Freya mulai keluar dari halaman rumah mereka.
***
Freya menatap pintu masuk restoran yang dikunjunginya. Waktu hampir menunjukkan pukul sebelas malam. Pengunjung restoran pun hanya tersisa dirinya saja. Namun, Zean masih belum ada tanda-tanda untuk datang ke sini menghampiri dirinya.
"Mbak, restoran akan kami tutup. Mbak masih mau di sini?" Seorang pelayan wanita datang menghampirinya. Wajahnya terlihat ramah sekaligus merasa kasihan dengan Freya. "Kayaknya Mbak lagi capek banget, ya? Mukanya pucat begitu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Seamin Tak Seiman
Romance[Completed ✓] Cinta menyatukan kita yang tak sama aku yang mengadah dan tangan yang kau genggam Berjalan salah,Berhenti pun tak mudah Apakah kita salah!!! "Seamin tak seiman"