Sudah sepuluh hari sejak tragedi penusukan waktu itu, kini Freya kembali menjalani hari-hari seperti biasanya. Luka di bahunnya pun sudah sembuh.
Gadis itu tersenyum ke arah Zean yang menata rambutnya."Belajar yang bener, Cantik." Zean tersenyum hangat.
"Siap, Zeeyang!" balas Freya dengan nada lucu seperti biasanya.
"Aku ke kelas dulu, ya. Jangan nakal di kelas."
Freya mengerucutkan bibirnya sebal. la benar-benar diperlakukan seperti anak kecil oleh cowok itu. "lya, Zee."
Setelah mengecup singkat puncak kepala Freya. Zean segera pergi dari sana. Freya memandang kepergian cowok itu dengan senyuman. la tersenyum melihat kepergian cowok itu. Setelahnya, ia duduk di atas bangkunya. Tangannya merogoh ponselnya yang berada di dalam tas. Azura belum datang, jadi ia tidak punya teman untuk berbicara.
"Pagi, Queen."
Freya mendongakkan kepalanya saat suara yang familier memanggilnya. Itu Niki. Cowok bermulut cabai itu menatap Freya dengan senyum yang mengembang tipis di bibirnya. Sapaan yang dilemparkannya pun hanya bernada datar. Terkesan tidak ikhlas.
"Nih, buat lo." Niki menyodorkan sebungkus cokelat putih ke arah Freya. "Sebagai ucapan selamat karena lo udah keluar dari rumah sakit."
"Tau dari mana kalau gue suka ini?" tanya Freya setelah menerima uluran cokelat Niki.
Cowok yang berdiri di samping meja Freya itu terkekeh ringan. "Gue tau semuanya tentang lo."
Freya menatap cowok itu bingung. "Lo penguntit?"
Lagi-lagi Niki tertawa. "Dimakan, ya, Jelek. Lo nggak perlu tau." la mengacak rambut Freya pelan sebelum akhirnya duduk di bangkunya.
"Dasar aneh," gumam Freya.
***
"Mentang-mentang udah jadian. Tambah sombong aja tuh bocah satu."
"Gue rasa mereka nggak cocok. Zean itu perfect. Harusnya dapet yang sepadan. Bukan kayak dia."
"Emang nggak cocok. Langit sama bumi. Beda jauh kali."
Kedua tangan Freya terkepal saat mendengar cibiran yang berasal dari Kathrina dan Raisha. Kedua cewek itu memang suka sekali menggosipkannya. Se gabut itukah mereka sampai mencampuri kehidupan orang lain?
"Mau ke mana,Fre? Kok berdiri?" tanya Christy yang baru saja menghabiskan susu cokelatnya. Gadis itu membuka permen dari saku seragam dan memakannya.
"Lo di sini aja, ya. Jangan ikut gue, nanti lo nangis. Bisa-bisa gue yang dimarahin sama Christian," peringat Freya.
Setelah mengatakan itu, Freya mulai melangkah pergi dari tempat duduknya. Gadis itu berjalan menghampiri Kathrina dan Raisha yang duduk tidak jauh dari tempatnya tadi.
"Heh, Setan!" panggil Freya.
Kathrina menoleh dengan tatapan malas. "Mau apa lo?"
"Maksud lo apa gosipin gue tadi? Lo pikir gue nggak denger?" tanya Freya menahan marah.
Kathrina terkekeh. "Emang sengaja gue kencengin biar lo denger dan sadar diri."
Gadis itu ikut berdiri dengan tangan bersedekap dada. Dagunya sedikit terangkat untuk menyombongkan diri. "Gue lebih suka Zean sama Marsha daripada sama lo."
Freya menatap Kathrina tajam. "Siapa lo ngatur-ngatur? Nggak punya urusan sendiri sampai urusan orang lain lo urusin?"
"Iya. Gue gabut, jadi pengin cari masalah sama lo, Fre." Kathrina berjalan mengitari Freya. "Gini, ya, Freya yang katanya ratunya Sannoh. Lo itu bego,nggak berguna, nyusahin, manja. Nggak cocok banget sama Zean yang perfect." Perkataan dari Kathrina tentu berhasil menohok hati Freya. Apa yang gadis itu katakan memang benar. Jika dibanding dengan Zean, dirinya ini bukan apa-apa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Seamin Tak Seiman
Romance[Completed ✓] Cinta menyatukan kita yang tak sama aku yang mengadah dan tangan yang kau genggam Berjalan salah,Berhenti pun tak mudah Apakah kita salah!!! "Seamin tak seiman"