Genap seminggu setelah kepergian Vion, Kini Freya mulai kembali seperti hari-hari biasanya. Gadis itu tersenyum lebar tatkala semilir angin meniup lembut permukaan kulitnya. Pagi ini, langit terlihat begitu cerah Kicauan burung pun tidak ingin ketinggalan untuk ikut meramaikan pagi hari Freya.
"Cepet ke kelas atau mau aku hukum?" ujar Zean yang entah sejak kapan berdiri di sampingnya. Lima menit lagi bel berbunyi, tetapi Freya masih setia berdiri di tengah lapangan tanpa rasa malu sedikit pun.
"Mau dihukum," balas Freya cengengesan.
Zean berdecak sebal. la merangkul Freya secara paksa dan membawanya menuju kelas. Freya berusaha memberontak, tetapi Zean terlihat tidak peduli. Beberapa murid pun tidak ingin ketinggalan untuk menyaksikan kelakuan menggemaskan keduanya.
Sampainya di depan kelas Freya. Zean langsung menyuruh gadis itu masuk. la tersenyum melihat wajah Freya yang tertekuk sebal. Gadis itu terlihat lucu jika sedang cemberut seperti itu. "Belajar yang bener, Cantik." Zean menepuk puncak kepala Freya "Jangan banyak tingkah. Nanti jatuh, nangis."Freya melotot. "Emangnya Eya anak kecil?!"
Zean terkekeh pelan. "Eya kan bayi besarnya Zee."
"Iya deh. Bapak Zee," balas Freya kesal. Meskipun begitu, ia tetap merasakan kalau kedua pipinya kini memerah karena perlakuan Zean.
***
"Tumben tuyul lo nggak ngikut," ujar Aldo setelah sadar kalau Freya tidak ada di antara mereka.
Keenam cowok yang menjadi incaran para kaum hawa itu tengah asyik nongkrong di stand Mbak Feni-janda kembangnya SMA Senandika. Sebenarnya, bel pulang sekolah sudah berdering sejak beberapa menit yang lalu, tetapi mereka semua memilih untuk tidak pulang terlebih dahulu. "Ditelan bumi kali," sahut Ollan yang masih sibuk dengan baksonya.
"Alhamdulillah kalau gitu," timpal Baran lalu terkikik geli. "Jangan gitu. Pawangnya ngamuk, noh." Christian menunjuk Zean yang sudah menatap tajam ke arah Baran dan Ollan.
"Hehehe, ampun, Zean," kata Ollan cengengesan.
Zean yang sedang termenung dikejutkan dengan kabar tentang Freya dari teman-temannya. "Tadi gue denger dari anak OSIS, Freya kabur dari sekolahan waktu jam pelajaran terakhir tadi."
"Gila! Sumpah, gila cewek lo!" Baran menggelengkan kepalanya heran. "Kita aja nggak berani bolos."
"Nggak berani? Terus yang kemarin-kemarin namanya apa? Mau gue hukum?" ancam Zean.
"Iya, deh, Pak Ketua," ujar Aldo.
"Tunangan lo mana, Chris? Gue nggak lihat dari tadi. Jangan-jangan dia tersesat di kerak bumi?" tanya Ollan mendramatis.
"Nggak peduli," balas Christian dengan raut wajah malas. "Jangan bawa embel-embel tunangan kalau nggak mau gue patahin leher lo."
"Ngeri, ngeri." Ollan nyengir kuda. "Lagian, nih, ya. Christy itu cewek cantik, kalem, polos. Lo nggak kepincut, Bos? Kalau nggak mau, bisa buat gue aja deh. Mayan buat nambah-nambah mantan."
"Mau gue patahin leher lo?!" Christian melotot.
"Katanya tadi nggak peduli. Waktu mau gue embat, kok, lo ngamuk? Labil lo, Bos."
"Bacot."
Ting!
Suara notifikasi yang berasal dari ponsel Zean, membuat cowok itu segera membukanya. Senyumnya mengembang tipis setelah melihat nama Freya tertera di layar.
Baby Ona
Zee, Eya dapet paketan misterius. Pas dibuka, isinya ada pisau sama tikus cincang. Menurut kamu, ini dari siapa? Enaknya diapain, nih? Pisaunya kelihatan tajem. Kayaknya Eya bakal mati kalau gorok leher pakai itu.
Zean refleks mengumpat. Kelima sahabatnya itu pun langsung menoleh ke arahnya dengan tatapan bingung. Zean terlihat panik dan khawatir.
"Kenapa lo?" tanya Christian, mewakili.
"Bayi gue bikin onar lagi, Gue cabut dulu," balas Zean kemudian pergi dari kantin tanpa berkata-kata lagi.
To Be Continue
Jangan lupa vote dan komen ya guys
Maaf kalau ada typo
Kalau misalnya kalian ada nemu nama karakternya beda didalam cerita ini,itu berarti gw belum sempat ganti namanya atau ngk ketuker pas ngedit ulang, Berarti itu nama karakternya masih dalam bentuk Example

KAMU SEDANG MEMBACA
Seamin Tak Seiman
Roman d'amour[Completed ✓] Cinta menyatukan kita yang tak sama aku yang mengadah dan tangan yang kau genggam Berjalan salah,Berhenti pun tak mudah Apakah kita salah!!! "Seamin tak seiman"