Siapa?

520 86 13
                                    

"Semua CCTV yang ada di markas mendadak rusak."

Zean mendesah berat. la sendiri bingung mengapa hal itu bisa terjadi. CCTV sebanyak itu mengapa bisa sampai rusak? Informasi dari Christian tadi benar-benar membuatnya tidak habis pikir.

"Noh, di pintu, baca sendiri." Aldo menunjuk pintu markas yang terdapat sebuah tulisan.

"Sannoh harus bubar."

Seperti itulah tulisan yang terdapat di pintu. Freya mendekat lalu menyentuh permukaan pintu yang terbuat dari kayu itu. Kalimat tadi ditulis dengan spidol permanen.

"Kalian ke sini udah kayak gini markas kita?" tanya Freya yang baru datang bersama Zean. Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam.

Christian mengangguk sebagai jawaban. Sepulang sekolah tadi, kondisi markas mereka memang sudah berantakan dengan semua CCTV yang telah dirusak.
Tatapan mata Ollan tertuju ke arah Zean dan Freya yang berdiri bersebelahan. "Udah baikan, nih?" tanyanya menggoda.

Freya tersenyum. la merangkul lengan Zean. "Udah, dong," balasnya. "Lo tau nggak, Fre? Zean udah kayak mayat hidup waktu lo marahan sama dia," timpal Baran, lalu tertawa di akhir kalimatnya.

Zean berdecak malas, la menatap sengit Baran. "Diem lo," ujarnya. Christian berdeham pelan. Raut wajah cowok itu terlihat seperti sedang berpikir. Ia menatap ke arah anggotanya dengan serius. "Kalian masih inget sama kalimat sepasang yang tak terpisahkan?"

Freya mengangguk cepat. "Inget!"

Yang lain pun sama halnya dengan Freya.

"Apa yang dimaksud itu kembar?" terka Christian.

Atensi Christian, Zean, Freya, Aldo, dan Baran langsung tertuju ke arah Ollan dan Oniel. Dua bersaudara itu menatap balik mereka semua.

"Kalian nuduh kita?" tanya Ollan dengan wajah tidak suka. Oniel tertawa. "Gila kalian semua."

Christian menghela napas berat. "Nggak menutup kemungkinan karena siapa pun di sini bisa aja berkhianat."

Ollan berdiri, ingin menghajar ketua dari Sannoh itu. Namun, Oniel dengan cepat mencegahnya. la menyuruh kembarannya itu untuk kembali duduk di sebelahnya,

"Nggak menutup kemungkinan juga kan kalau lo pelakunya?" tanya Oniel balik. Cowok itu mengukir senyuman miring. "Gue ketua kalian, Anjing! Otak lo di mana sampai kepikiran gue pelakunya?" ujar Christian terpancing emosi.

Zean menepuk punggung sahabat dekatnya itu. "Ini yang pelaku itu inginkan. Kita diadu domba dan bubar saat itu juga."

***

"AAAAAAAAA"

Freya membuang sebuah kotak berisi tikus cincang yang ia temukan di depan rumahnya sepulang dari markas tadi. Gadis itu memegang dadanya yang berdegup kencang. Keringat dingin mulai bercucuran di keningnya.

la menoleh ke samping dan tepat saat itu juga, dirinya terkejut setelah melihat tetesan darah di jendela kamarnya. Bau amis menguar di seluruh penjuru kamarnya membuatnya ingin muntah.

Dengan kaki yang gemetar hebat, Freya berjalan menuju lemari bajunya la mengambil sebuah kain di sana. Setelahnya, gadis itu berjalan menuju kamar mandi di kamarnya untuk mengambil ember berisi air. Dengan menahan mual, ia mulai membersihkan kaca jendelanya yang berlumuran darah. Kepalanya mendadak pening karena itu.

"Kamu itu pembunuh. Nyawa harus dibayar nyawa, bukan?" gumam Freya membaca sebuah tulisan di jendela itu.

"Gue bukan pembunuh!" ujar Freya dengan dada yang naik turun menahan amarah. "GUE BUKAN PEMBUNUH!" ulangnya lagi.

Seamin Tak SeimanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang