Zean duduk termenung di dalam kamarnya dengan posisi tubuh menghadap ke jendela kamarnya. Dari sana terlihat kamar Freya yang berseberangan dengannya. Tidak bisa diukur lagi betapa rindunya ia pada gadis itu. Terbiasa bersama membuat Zean merasakan ada sesuatu yang hilang padanya ketika mereka berpisah.
Sejak pulang sekolah tadi, Zean sama sekali tidak keluar kamar. la sangat ingin menemui Freya. Bercerita bersama seperti biasanya. Namun, Zean tidak bisa melakukan apa pun untuk sekarang.
"Zee? Kamu ada masalah apa? Akhir-akhir ini Mama lihat kamu murung terus. Kenapa?" tanya Gracia yang riba-tiba datang ke kamarnya.
Zean menggelengkan kepalanya pelan. Gracia mengikuti arah pandang anak laki-lakinya itu. Setelah melihat objek yang ditatap Zean, ia pun langsung paham.
"Kamu ada masalah sama Freya, ya? Sini cerita sama Mama. Siapa tahu Mama bisa bantu kamu."
Zean menghela napas berat. la menatap mamanya dengan sorot sendu. "Om Aran mau bawa Freya pergi."
Gracia mengerutkan keningnya tidak mengerti. "Pergi ke mana?"
"Om Aran bilang, kalau Freya deket terus sama Zee, Freya nggak bakalan bisa berubah. Dia mau bawa Freya pindah kalau Zee masih deket-deket sama Freya," jawab Zean mengutarakan kejadian yang sebenarnya.
Gracia menepuk pelan pundak anaknya. "Om Aran ngancem kamu?" Anggukan dari Zean membuatnya mendesah kesal,
"Kalau seandainya Zee nggak nurut, Om Aran pasti bakalan sering main tangan sama Freya. Zee cuma nggak mau dia kenapa-kenapa, Ma," ujar Zean
"Freya nggak tahu kalau kamu diancam sama papanya?"
Zean menggeleng.
"Dia pasti mikirnya kamu jauhin dia karena kemauan kamu sendiri, kan?
Gracia mengusap pipi Zean dengan lembut."Yang penting Ilona nggak dibawa pergi. Kalau dia dibawa pergi, Zee nggak bakalan bisa lihat dia lagi, Ma."
"Kamu cinta banget sama Freya, ya?"
Kedua mata Zean menerawang jauh ke depan. "Bahkan, Zee rela lakuin apa pun biar Freya bahagia."
***
"Badan kamu makin panas, Fre. Kita ke rumah sakit aja, ya?" tawar Chika pada Freya.
"Nggak mau," balas Freya dengan pelan.
"Kamu mau apa? Biar Mama turutin, Fre," ujar Chika masih tetap berusaha.
"Freya cuma mau Zee, Ma," balas gadis itu. la tidak peduli dengan kondisi tubuhnya yang sekarang. Yang ada di pikirannya hanyalah Zean,Zean dan Zean
"Nggak ada pilihan lain?" tanya Chika.
Freya menggelengkan kepalanya. "Freya cuma mau ketemu Zee lagi."
"Dia aja nggak peduli sama kamu, Fre. Buat apa lagi?" Flora memandang prihatin ke arah saudara tirinya itu.
Aran yang sejak tadi hanya diam kini berdeham pelan. "Sebenarnya.. Papa yang nyuruh dia buat jauhin kamu, Fre."
Baik Freya, Chika, dan Flora pun kaget mendengar ucapan Aran. Pria itu menghela napas berat. "Papa nggak suka kamu deket-deket sama dia dan anggota geng kamu yang lainnya."
"Pa, Zean itu kebahagiaan Freya. Biarin mereka bersama kayak biasanya. Jangan pisahin mereka," balas Chikaa.
Aran menipiskan bibirnya. Dua detik setelahnya pria itu mengangguk. "Jadi, Zee berubah kayak gitu gara-gara Papa?" tanya Freya tidak menyangka. "Maafin Papa, Fre. Papa cuma pengin yang terbaik buat kamu, tapi sekarang Papa sadar kalau semua yang udah Papa lakuin itu salah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Seamin Tak Seiman
عاطفية[Completed ✓] Cinta menyatukan kita yang tak sama aku yang mengadah dan tangan yang kau genggam Berjalan salah,Berhenti pun tak mudah Apakah kita salah!!! "Seamin tak seiman"