Semakin Jauh

608 85 5
                                        

Pagi ini Zean kembali mendapati Freya sudah pergi tanpa menunggunya. Entah apa yang membuat Aran mau mengantarkan gadis itu. Padahal biasanya pria itu tidak peduli dengan anak kandungnya dan lebih memperhatikan anak tirinya.

Ia berjalan pelan menuju kelas Freya. Beberapa pasang mata yang memandangnya kagum itu tidak Zean pedulikan. Hal yang sudah biasa baginya.

"ZEN! ZEN! ADA YANG BERANTEM!"

Marsha berteriak dari kejauhan sembari berlari kencang menghampiri Zean. Wajah gadis itu terlihat begitu panik.

"Di mana?" tanya Zean ikutan panik.

"Belakang sekolah. Ayo cepetan!" Marsha menarik tangan Zean, mengajak cowok itu untuk berlari bersamanya.

Karena terlalu fokus dengan larinya, Zean sampai tidak melihat bahwa ada Freya yang berdiri di depan pintu kelas. Gadis itu hendak menyapa Zean,tapi niatnya itu diurungkan ketika melihat Marsha yang berlari bersama cowok icu.

Sesampainya di belakang sekolah, ternyata benar apa yang Marsha bilang. Dua orang siswa tengah adu jotos satu sama lain. Zean dan Marsha pun dengan cepat menghampiri mereka berdua. Tanpa banyak pikir, Zean langsung berdiri di tengah-tengah mereka. Menghadang kedua cowok itu untuk tidak saling beradu tinjuan.

"Berantem di ring tinju, jangan di sekolah," peringat Zean pada dua siswa cowok yang masih saling menatap dengan pandangan penuh dendam. Napas keduanya memburu.

"Dia yang mulai duluan!" balas Aziz sembari menunjuk Elzan.

"Lo yang embat cewek gue, Goblok!" balas Elzan tidak mau kalah.

"Perkara cewek?" Zean berdecih pelan. "Sekolah bukan tempat tawuran. Kalau mau tawuran, nanti habis pulang sekolah."

"Nggak bisa, Zen. Orang kayak dia nggak bisa didiemin. Ngelunjak!" kaya Elzan membantah.

"Alah, bacot lo!" Aziz kembali melayangkan pukulan di wajah Elzan.

Marsha memekik kaget. Gadis itu berinisiatif untuk memegang tangan Elzan agar tidak membalas Aziz. Namun, dirinya malah dihempaskan oleh Elzan hingga terjembab ke atas tanah.

Zean yang melihat itu pun menggeram kesal. Tanpa banyak bicara, ia segera melayangkan pukulan di pipi kanan Elzan agat cowok itu berhenti berkelahi dengan Aziz.

"GUE BILANG UDAH! MAU GUE HEMPAS DARI SEKOLAH?!" kata Zean dengan urat leher yang menonjol.

Elzan dan Aziz kompak menunduk. Jika Zean sudah marah, cowok itu akan terlihat menakutkan. Keduanya tidak berani menatap mata tajam milik sang ketua OSIS itu.

"Ke ruang BK sekarang. Kalian udah besar, minta hukuman sendiri sama guru BK!" titah Zean dengan tegas.

"Ta."

"SEKARANG!" potong Zean membuat Elzan dan Aziz tersentak kaget. Kedua cowok itu langsung berlari kencang untuk melaksanakan perintah Zean.

Setelah kepergian Elzan dan Aziz, tatapan mata Zean mengarah pada Marsha yang masih duduk di atas tanah.

"Bisa jalan?" tanya Zean pada gadis itu.

Marsha mengangguk. "Bisa, kok." Gadis itu hendak berdiri, tetapi karena pergelangan kakinya terkilir membuat dirinya kembali jatuh di atas tanah.

Tanpa Marsha duga, Zean justru berjongkok di depannya. Cowok itu menepuk pundaknya, menginteruksi Marsha untuk naik ke atas punggungnya.. "Gue gendong, jangan banyak protes," final Zean membuat Marsha tidak bisa menolaknya.

***

"AAAAA GILAAA! BE, GUE DAPET 75, BE!"

Freya bersorak kegirangan setelah hasil ulangan matematika miliknya diberikan. Setelah mengerjakan penuh ketekunan dua jam yang lalu, akhirnya Freya mendapatkan nilai pas di rata-rata.

Seamin Tak SeimanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang