Zean berjalan cepat ke arah Marsha. Gadis itu tengah berbincang dengan teman-temannya. Kehadiran Zean langsung disambut oleh tatapan kaget oleh mereka. Bukan terpesona dengan Zean, mereka justru merasa aneh dengan cowok itu. Aura penuh wibawa yang selalu ada pada diri Zean, kini seolah lenyap begitu saja.
Zean terlihat murung seperti tidak mempunyai semangat hidup. Seragamnya pun tidak serapi biasanya. Cowok itu seolah tidak peduli lagi den- gan penampilannya.
"Lo habis dari kelas Freya, kan?" tanya Zean pada Marsha. Gadis itu menganggukkan kepalanya. "Iya. Habis ambil uang sumbangan buat korban banjir tadi."
"Freya ada di kelas?" tanya Zean.
"Kayaknya nggak, deh. Gue nggak lihat dia, bahkan tasnya aja nggak ada.Mungkin Freya nggak masuk sekolah hari ini," balas Marsha menjelaskan.
Zean memijat pangkal hidungnya. Kepalanya terasa pusing akhir-akhir ini. "Ya udah kalau gitu, gue permisi."
"Zen, lo marahan sama dia, ya?" tanya Marsha membuat Zean menghentikan langkahnya. Cowok itu kembali memutar tubuhnya.
"Lo nggak perlu tau, Sha. Oh iya, mulai sekarang gue mau jaga jarak sama lo. Gue nggak mau Freya sakit hati gara-gara kita deket," balas Zean kemudian melenggang dari sana.
Di persimpangan lorong, Zean berpapasan dengan Niki. Pandangan keduanya bertemu membuat mereka sama-sama menghentikan langkah.
"Freya nggak masuk karena apa?" tanya Zean pada cowok itu. Niki mengerutkan keningnya bingung. "Lo, kan, pacarnya sekaligus tetangganya. Masa nggak tau Freya lagi sakit?"
Zean membulatkan matanya kaget. "Freya sakit?" Ini pasti gara-gara semalam gadis itu kehujanan.
Niki mengangguk. "Aneh lo," ujarnya.
Tanpa menanggapi perkataan Niki, Zean pun memilih pergi. Sahabat- sahabatnya sengaja menjauh darinya, membuatnya merasa dikucilkan, Zean tahu kalau semua itu sudah menjadi konsekuensinya. Mereka semua menganggap Freya sebagai ratu. Sampai mati pun, mereka akan tetap membela Freya.
***
"Fre, badan kamu panas banget. Aku jadi takut." Flora tidak henti-hentinya mengompres kening Freya yang terasa begitu panas. Semalaman ia begadang untuk menjaga gadis itu. Bahkan hari ini ia sengaja tidak berangkat ke sekolah demi menjaga Freya. Orang tua mereka masih belum pulang dari luar kota.
Freya masih terus memejamkan mata. Bahkan tidak jarang gadis itu terus memanggil nama Zean. Freya merasa kehilangan sahabat sekaligus pacarnya itu. Wajahnya terlihat begitu pucat.
"Aku suapin kamu, ya. Fre. Kamu udah nggak makan dari kemarin- kemarin. Makanya kamu sakit kayak gini," ujar Flora. Gadis berambut sebahu itu mengambil semangkuk bubur yang ia buat tadi.
Freya menggelengkan kepalanya lemah. "Gue cuma mau Zee."
"Kalau kamu sakit kayak gini nanti Zean bisa marah. Fre."
Freya membuka matanya yang sayu. "Dia nggak bakalan marah. Zee, kan, lupa sama gue."
Flora memandang prihatin ke arah Freya. la paham dengan perasaan gadis itu sekarang. Terbiasa bergantung kepada Zean membuat Freya kaget saat diacuhkan oleh cowok itu beberapa hari belakangan ini.
"Mama sama papa bentar lagi pulang. Lo pasti dimarahin sama mereka gara-gara nggak sekolah, Flo," ujar Freya dengan suara pelan.
Flora mengukir senyuman tipis. "Nggak apa-apa. Aku, kan, nemenin kamu di sini." Freya terbatuk beberapa kali membuat Flora dengan cepat mengambilkan minum untuk gadis itu. Dengan telaten ia membantu saudara tirinya itu untuk meminum air putih dari gelas.
![](https://img.wattpad.com/cover/360693383-288-k661233.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Seamin Tak Seiman
Romance[Completed ✓] Cinta menyatukan kita yang tak sama aku yang mengadah dan tangan yang kau genggam Berjalan salah,Berhenti pun tak mudah Apakah kita salah!!! "Seamin tak seiman"