Chapter 48. Mengenang

14 2 0
                                    

Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak menepuk pundak Elijah, karena sepertinya jiwanya akan keluar dari mulutnya. Ada bayangan di bawah matanya yang tak bernyawa, pipinya yang cekung membuatnya terlihat seperti kerangka yang kosong.

"Nah, Nah..." Aku menghela napas. Bahkan Sylvie merasa kasihan padanya saat ia melompat dari kepalaku dan mendarat di atas kepalanya, menggigit ubun-ubun kepalanya untuk membuatnya terbangun.

Matanya yang mengerikan menatapku saat dia menoleh. "... Tidak adil," gumamnya.

"Apa?" Aku mendekat agar dapat mendengar dengan jelas apa yang dia bisikkan.

Dia mencondongkan tubuhnya lebih dekat ke arahku, bibirnya hampir menyentuh telingaku. "INI TIDAK ADIL, SIALAN!"

"AHH!" Aku terlonjak kaget saat telinga ku mulai berdenging. "Apa-apaan! Jangan berteriak di telingaku!" Aku menggerakkan kelingking ku ke dalam liang telinga untuk membersihkan ludah yang keluar dari teman ku yang pahit itu.

"Penampilan, bakat, dan bahkan keberuntungan dengan para gadis! Mengapa kau memiliki segalanya?" Dia meletakkan kedua tangannya di lengan ku, dengan ekspresi penuh konsentrasi di wajahnya.

Bingung dengan tindakan yang tampaknya acak ini, aku bertanya, "Apa yang kau lakukan?"

"... Mencoba untuk melihat apakah aku bisa menyerap sebagian dari Arthurness-mu," gumamnya, masih berkonsentrasi.

"Apa kau bodoh?" Aku menggeleng, melepaskan tangannya dariku.

Dalam perjalanan kami ke ruang makan yang terletak agak jauh dari asrama, aku menjelaskan secara singkat pada Elijah bagaimana aku bertemu Tess-dia sangat benci aku memanggilnya begitu-di dalam Hutan Elshire. Sepanjang waktu aku menceritakan kisahnya, mulai dari tinggal di dalam kerajaan Kastil Elenoir bersama Tess hingga belajar manipulasi 'Mana' dari Kakek Virion, aku hampir bisa melihat kata-kataku menusuknya saat nyawanya perlahan-lahan terkuras.

"Kau tahu betapa menariknya para Kurcaci, Art?" Dia mencondongkan badannya sedikit terlalu dekat untuk kenyamanan sementara kami berdua terus berjalan.

"S-semenarik apa?" Aku memalingkan wajahku dari temanku yang terlalu emosional.

"TIDAK. SAMA SEKALI. SAMA SEKALI," katanya dengan tegas. "Rasa keindahan yang dimiliki para Kurcaci sangat bertolak belakang dengan manusia, Art! Aku mungkin dibesarkan di kerajaan mereka, tapi tidak akan pernah ada hari di mana aku bisa berempati pada definisi 'menarik' yang mereka miliki."

Aku tertawa, tidak bisa membayangkan seperti apa wanita yang menarik bagi para Kurcaci, tapi aku tetap bertanya. "Haha! Jelaskan padaku betapa hancurnya hidupmu."

"Saat aku berusia delapan tahun, kakekku, sesepuh yang merawatku, mengenalkanku pada seseorang yang dia harapkan akan menjadi calon istriku. Selama seminggu sebelumnya, dia terus menerus memuji betapa cantik dan anggunnya wanita itu. Ketika dia muncul, aku bersumpah bahwa aku mengira sedang melihat seorang pria, Art." Tubuhnya menggigil karena mengingat kembali mimpi buruknya di masa lalu.

"Namanya Helgarth, dan aku bersumpah dia membuat ku takut akan kesucian ku. Rahangnya yang persegi, tungkai tubuhnya yang seperti batang pohon, hidungnya yang mancung dan tebal... Dia memiliki janggut di bibir atasnya, Art. Dia memiliki RAMBUT WAJAH pada usia sembilan tahun, Art!" Elijah mengguncang ku saat itu, karena aku tidak bisa berhenti tertawa.

"Oke, oke, aku mengerti! Kau adalah anak laki-laki yang sangat kekurangan yang mulai mengalami pubertas terlalu dini untuk usianya." Aku mengangkat bahu dengan telapak tangan ke atas sambil mencoba menenangkan tawa.

"Kau menghabiskan masa kecilmu dengan wanita maskulin yang berkeliling memamerkan lengan mereka yang besar dan lihat bagaimana kau berubah ketika melihat gadis-gadis normal." Dia menggelengkan kepalanya, kembali ke dirinya yang tak bernyawa.

The Beginning After the EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang