Chapter 77. Senang Bertemu Denganmu

9 2 0
                                    

VIRION ERALITH POV :

Apa yang baru saja terjadi? Aura aneh apa yang ada di sekitar Tessia? Sebenarnya apa yang dilakukan anak itu?

Aku hampir tidak bisa melihat bola itu keluar dan tersedot ke dalam tubuh cucu ku. Kelihatannya seperti obat mujarab, tapi aku tidak begitu tahu...

Bagaimanapun, aku senang dia aman sekarang.

Aku hampir merasa kasihan pada anak itu; dia baru saja merangkak kembali ke permukaan setelah jatuh ke dalam penjara bawah tanah—para dewa tahu seberapa dalamnya—dan sekarang dia harus menghadapi semua ini.

Apakah tindakan ku benar dengan mengungkapkan semua informasi ini pada Arthur?

Ada rasa pahit yang tertinggal di lidahku setelah aku selesai menjelaskan semuanya pada anak itu; Terkadang aku lupa kalau dia sebenarnya lebih muda dari Tessia.

Tapi itu aneh. Aku tidak bisa menjelaskannya dengan jelas, tapi semakin lama, naluriku memberitahuku bahwa meskipun dia memiliki kemampuan mengerikan dalam manipulasi 'Mana' dan potensi terpendam sebagai seorang penyihir, ketajaman kognitifnya, kapasitas mentalnya yang bukan milik anak praremaja, bocah ini begitu menakutkan di masa depan, saat ini, tingkat kekuatannya belum mencapai kecerdasannya.

"Mmmm... apa yang terjadi? Kenapa aku tidur di tanah?"

Telingaku langsung terangkat mendengar suara lemah cucuku.

"K-Kakek? Di mana... ART!!!"

Tanganku sudah terentang lebar-lebar, siap memeluk cucuku satu-satunya yang kucintai, namun anehnya, alih-alih memeluk kakeknya, tubuhnya malah menjauh dariku dan menuju ke arah anak laki-laki itu.

Cucuku... kau salah jalan.

"ARTHUR!!!! Kau masih hidup!!" Tessia hampir menjatuhkan bocah itu kembali ke tanah karena seberapa cepat dia terbang ke pelukannya.

Sementara itu, tanganku tetap terentang.

Mungkin angin yang lewat akan menerima pelukanku...

____________________________________________________

ARTHUR LEWYIN POV :

Saat suara samar Tess mencapai telingaku dan matanya yang berkaca-kaca menatap mataku, dia menggigit bibir bawahnya agar dirinya tidak menangis, dan aku berdiri di sana dengan bingung. Gelombang emosi yang berbeda-beda, setengahnya aku bahkan tidak tahu bisa merasakannya, menyapu diriku.

"ARTHUR!! Kau masih hidup!" Wajahnya sudah terkubur di dadaku saat dia menyelesaikan kalimatnya.

"Ya..."— Aku mengelus rambutnya dengan lembut—"Aku masih hidup."

Aku menoleh ke Virion, dan aku bersumpah aku hampir bisa melihat tubuhnya yang membatu hancur berkeping-keping, lengannya yang kesepian terentang.

Kepalanya menoleh seperti robot yang diminyaki dengan buruk, memperlihatkan tatapannya, yang sama sekali tidak ramah berdasarkan gambar yang dia proyeksikan.

Pengkhianat.

Kakek harus tetap didahulukan.

Kau sudah mati bagiku, bocah.

Ini adalah pikiran-pikiran yang mungkin juga terpampang di dahinya karena betapa terang-terangan suasana hatinya yang buruk bocor.

Memberikan senyuman simpatik pada Kakek Virion, aku kembali menatap Tess, yang masih dalam pelukanku. Hanya ketika jubah lamaku yang melilit tubuhnya terlepas sedikit dari bahu telanjangnya, aku ingat dia telanjang bulat di baliknya.

'Kyu!'

Sylvie melompat-lompat, mencoba menarik perhatian Tess yang menempel padaku seperti lem, tapi sia-sia.

The Beginning After the EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang