Chapter 103. Jemaat yang Aneh

4 1 0
                                    

DAWSID GREYSUNDER POV :

“Hehe… hehehe,” aku mengerucutkan bibirku, berusaha menahan tawa yang menumpuk di dalam diriku.

“Selamat, Cintaku, atas kegilaan yang akan segera berakhir.” Aku mengangkat pialaku sambil mencondongkan tubuh ke depan.

"Bersulang."  Istriku balas tersenyum, menyentuh gelasku dengan gelasnya hingga menimbulkan bunyi ‘denting’.

Bersandar di kursi kulit berlengan yang terlalu besar untuk ku sendiri, aku menikmati rasa kering dari buah-buahan yang difermentasi yang harganya setara dengan sebuah rumah kecil. Mengagumi cincin mewah di masing-masing jariku, yang berkilauan di bawah cahaya lilin, aku hanya bisa tersenyum lebar.

“Pikirkan saja, Glaundera.  Setelah ini, masyarakat kita tidak akan lagi terjebak dalam lubang di dasar benua ini.  Dengan pemerintahan barunya, kita, bersama rakyat kita, akan berada di sana untuk mengabdi langsung di bawah-Nya. Kurcaci tidak perlu lagi menjadi alat yang di perbudak, menempa senjata untuk manusia. Kita akan menjadi ras terpilih yang akan memimpin benua terbelakang ini menuju era baru bersama-Nya,” desahku.

“Apakah 'Dia' benar-benar sekuat itu, Sayang? Kau adalah satu-satunya yang berkomunikasi langsung dengan ‘makhluk’ ini. Seperti apa 'Dia'?” istri ku menyandarkan kepalanya di lengannya, merasa nyaman.

“Ini tidak seperti yang pernah ku bayangkan. Aku punya banyak waktu melawan binatang 'Mana' ketika aku masih muda. Berbeda dengan para Kurcaci tua yang berpegang pada tradisi mereka, aku tidak merasa bangga dengan senjata yang ku buat. Kepuasan apa yang ada saat menyaksikan seseorang tanpa berpikir panjang mengayunkan senjata yang kau curahkan darah dan keringat untuk membuatnya? Tidak, satu-satunya senjata yang pernah membuatku menghabiskan waktu untuk membuanya adalah milikku sendiri.  Menggunakan kapak perangku, Full Cleave, aku membunuh ratusan binatang 'Mana' dari semua kelas. Ada beberapa yang bisa membuat tulang punggungku merinding hanya dengan pandangan sekilas, sementara yang lain bisa membuat penyihir terkuat sekalipun dengan tatapan tajam” —Aku menyesap gelasku lagi— “Namun, ketika dia  pertama kali membuat dirinya diketahui oleh ku, aku tidak bisa bernapas. Kepalaku terasa seperti dihantam palu, sementara seluruh tubuhku perih seolah setiap pori-poriku ditusuk oleh jarum-jarum kecil. Aku telah berlama-lama di gerbang kematian berkali-kali, tapi tidak ada yang membuat ku begitu takut.”

Melihat tanganku, aku melihatnya gemetar. “Aku sudah memberitahumu ini sebelumnya, tapi aku benar-benar merasa seperti sedang menghadapi dewa. Aku memiliki gagasan yang luar biasa bahwa dia tidak membutuhkan ku untuk mencapai tujuannya, namun 'Dia' memberi ku kesempatan ini. 'Dia' memilih kita, Cintaku. 'Dia' memilih kita,” bisikku.

“Aku percaya padamu, Sayangku.  Dan saat dia menguasai Benua ini, apa yang dia janjikan lagi pada kita?” Istriku berlari ke sampingku, memeluk lenganku sementara tangannya yang besar melingkari pinggangku.

“Dia menjanjikan pada kita segala sesuatu yang dapat kita harapkan: kekayaan berlimpah, kemampuan magis yang melampaui pemahaman, lebih banyak orang yang dapat melayani kita, dan yang terbaik dari semuanya, keabadian untuk menikmati semuanya. Glaundera, aku akhirnya bisa, sekali lagi, mengayunkan Full Cleave. Tubuhku yang lumpuh ini tidak akan lagi menghalangiku,” kataku, suaraku semakin keras seiring aku semakin bersemangat.

“Bagus sekali, Sayangku. Sungguh, menjadi anggota Dewan menghambat potensimu secara maksimal,” bujuk istriku sambil membujukku dengan mengusap perutku.

Aku bersandar lebih jauh ke belakang, menikmati sentuhannya. “Hah! Kami, tiga raja, mempunyai lelucon yang kami ucapkan satu sama lain. Kami bercanda tentang bagaimana ketiga Raja generasi ini tidak memiliki bakat dan potensi sebagai penyihir, menyebutnya Kompleks Raja Dicathen. Persetan dengan mereka! Berbeda dengan dua lainnya, aku pernah menjadi penyihir hebat. Menjadi penyihir inti oranye pada saat aku berada di puncak, aku akan melonjak ke tingkat yang lebih tinggi jika bukan karena insiden terkutuk itu yang membuatku berada dalam kondisi menyedihkan ini.”

The Beginning After the EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang