Chapter 80. Sementara Itu II

6 2 0
                                    

ELIJAH KNIGHT POV :

Sialan...

Apa yang sedang terjadi? Yang kulakukan hanyalah bolos setengah hari sekolah; tiba-tiba Denton digantung, telanjang bulat, dan sekarang sebuah gedung terbakar?

Kami semua baru saja keluar dari ruang Komite Disiplin setelah mendengar ledakan. Awalnya aku mengira itu adalah mantra yang salah atau semacamnya, tapi...

Ini lebih terlihat seperti aksi teroris yang disengaja.

Siapa yang akan melakukan ini? Mengapa seseorang melakukan ini? Apa yang sedang terjadi?

"Sial! Itu mereka lagi," aku mendengar Theodore berkata, seolah dia sudah meramalkan hal ini.

'Mereka' yang dibicarakan Theodore—apakah yang dia maksud adalah orang yang sama yang memukul dan mempermalukan Denton?

____________________________________________________

KATHYLN GLAYDER POV :

Aku ingat suatu kali aku diceramahi sebagai seorang anak oleh pengajar di rumah ku. Aku hanya punya sedikit ingatan tentang kenapa aku dihukum, tapi dari apa yang diberitahukan padaku, aku menolak berpartisipasi dalam kelas bersama beberapa anak bangsawan lainnya; rupanya, ibuku mengira sebaiknya aku berteman saat aku sedang belajar.

Itu tidak berjalan semulus yang dia harapkan karena aku akhirnya membuat ulah di hari pertama, mengatakan bahwa aku tidak ingin berteman dengan mereka karena mereka bukan putri sepertiku.

Mengabaikan kata-kata disiplin yang ramah dari instruktur rumah, aku menerobos masuk ke kamarku dan membanting pintu hingga tertutup, menolak untuk keluar.

Sore harinya, setelah anak-anak bangsawan lainnya dan pengajar ke rumah pergi, ibu mengetuk pintu meskipun tidak di kunci.

Dia duduk di sampingku di tempat tidur dan mengusap rambutku dengan lembut; Meskipun aku tidak ingat bagaimana tanggapanku, apa yang dia katakan padaku meninggalkan kesan mendalam sehingga, bahkan ketika aku berusia enam tahun, aku masih dapat mengingat kata-katanya dengan tepat:

"Kathyln kecilku, aku tahu kau pikir kau tidak melakukan kesalahan apa pun; semua orang marah dan memperjuangkan apa yang mereka yakini. Apa yang aku ingin kau tahu, sayangku, adalah bahwa sebelum kau menjadi seorang putri, kau adalah seorang manusia. Tidak peduli apakah itu seorang Raja, seorang pelayan, seorang penyihir yang kuat, seorang Elf atau seorang Kurcaci. Seseorang adalah seorang manusia."

"Setiap orang berbeda dan itulah yang membuat setiap orang istimewa dengan caranya masing-masing. Jangan membenci seseorang karena sesuatu yang tidak dapat mereka ubah. Bagaimana jika orang tidak menyukai mu karena kau memiliki telinga bulat atau karena kau memiliki kulit putih yang cantik ? Atau hidung kecil yang gagah?"

Dia terus menggelitikku di setiap bagian yang dia sebutkan, membuatku terkikik-kikik.

Ibu adalah orang yang berakal sehat dan cerdas, namun tidak sedikit juga bersikap dingin seperti yang kadang-kadang tersirat dalam penampilannya. Dia peduli pada semua orang sebagai manusia, bukan sebagai manusia, Elf, atau Kurcaci. Dia sangat mendisiplinkan ku dan kakak ku jika menyangkut diskriminasi apa pun, baik berdasarkan kelas sosial atau ras.

Mendengar suara ledakan, kami semua bangkit dari tempat duduk dan segera menuju ke luar. Mau tak mau aku merasa ngeri, mengepalkan tinjuku karena frustrasi dan kekecewaan saat melihat pemandangan bencana yang terbentang di hadapan kami.

Ada kepulan asap tebal yang membubung dari area dekat pusat kampus.

Di belakang, aku bisa mendengar Claire mendecakkan lidahnya sambil terus menggumamkan serangkaian makian pelan.

The Beginning After the EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang