Chapter 111. Seni Yang Hilang

5 1 0
                                    

Dia adalah monster... predator sejati.

Itulah satu-satunya hal yang terlintas dalam pikiran ketika dia melepaskan belenggu yang dia kenakan demi keselamatanku; ketika dia melepaskan tekanan yang membatu itu.

Rasa takut yang melumpuhkan perlahan menyebar ke seluruh tubuhku seperti bisa ular yang mematikan. Aku mengepalkan tanganku yang berkeringat, mengencangkan cengkeraman pedangku. Helaian rumput yang lembut beriak, bergoyang santai karena kakiku yang gemetar. Otot-otot di kakiku terus-menerus bergerak, melawan dorongan untuk berputar dan berlari menjauh. Darah asin memenuhi mulutku saat aku menggigit bibir bawahku. Sambil mengangkat pedang, aku mendekati aura kental yang terpancar dari mentorku.

Api yang membara berupa keringat menyengat mata biruku, namun aku tidak berani berkedip. Perlahan-lahan, dengan rasa sakit, otak ku mengirimkan sinyal, mengangkat kaki, dan menggerakkannya dengan hati-hati, namun tetap mantap saat aku memasuki manifestasi rasa takut itu sendiri.

"Aku datang, Arthur. Persiapkan dirimu!" suara itu terdengar jelas di tengah awan udara yang mengancam.

Aku memaksakan rahangku yang terkatup untuk rileks dan mengeluarkan raungan biadab meski sudah kekurangan udara untuk bernapas, menghilangkan sebagian rasa takut yang mencekam di dalam diriku. "Sialan!"

Bilah teal di tanganku tumpul saat aku mendekati Kordri, seolah pedangku pun takut. Namun aku terus berjalan, setiap langkah terasa seolah-olah aku sedang mencoba menyeberangi genangan semen yang belum kering.

Akhirnya dalam jangkauan pedangku, aku menebas, berharap mengakhiri ini dalam satu serangan. Tentu saja tidak. Kordri menangkis Dawn Ballad seperti tongkat busa, menciptakan busur dengan pedangnya juga. Saat pedangku hampir menyentuh tanah, aku menggunakan momentum itu untuk memutar diriku sendiri, memutar pedangku kembali ke lutut Kordri.

Upaya lain yang gagal.

Pedang pendek Kordri dengan mudah memblokir milikku, menghentikannya tepat di dekat kakinya. Menghancurkan Dawn Ballad, mentorku melemparkan tendangan cepat ke wajahku. Aku bisa mendengar peluit tajam di udara saat aku menghindar tepat waktu untuk mengayunkan pedang kembali ke atas.

Kordri memalingkan wajahnya ke samping sehingga pedangku mendesis di dekat telinganya.

"Gerakanmu menjadi lebih baik, bahkan dengan penekanan auraku," puji mentorku. Aku tahu dia hanya memujiku, tapi melihatnya punya waktu luang untuk berbicara sambil menghindar membuatku merasa sangat sombong.

Menjadi lebih sulit untuk bernapas ketika menyadari bahwa aku hampir mencapai batas kemampuan ku. Satu lagi serangan putus asa ke arah Kordri adalah satu-satunya yang bisa aku lakukan sebelum Dawn Ballad jatuh ke tanah, tanganku tidak mampu menahannya lebih lama lagi. Aku terjatuh berlutut, kakiku lemas tak lama kemudian, dan aku tersedak udara di dalam kungkungan aura neraka ini.

"Tidak buruk." Saat suara Kordri mencapai telingaku, tekanannya menghilang. Tanpa aura menyesakkan yang mempengaruhi, tubuhku mati-matian menyedot udara.

Lebih dari sebulan telah berlalu di dunia luar yang berarti sekitar satu tahun telah berlalu di sini. Setahun pelatihan yang terus-menerus dan menyiksa dengan ceramah singkat Kordri menjadi satu-satunya waktu istirahat yang ku dapatkan.

Selama sebulan yang telah berlalu, aku tidak memiliki kontak dengan Sylvie. Frekuensi ku sekarat dan dipaksa keluar dari alam jiwa telah berkurang drastis. Cairan yang mengelilingi tubuh ku dan Kordri membuat kami pura-pura koma, bahkan memberi kami nutrisi yang dibutuhkan agar tetap sehat.

Terakhir kali kami meninggalkan alam jiwa adalah sekitar empat bulan di sini, yang berarti dua minggu di luar.

Kordri membuatku sibuk, namun meski begitu, aku tetap merindukan keluarga dan teman-temanku. Ada begitu banyak hal yang aku rasa telah aku tunda, terus menerus membuatku menyesal jika mengingatnya. Elijah telah dibawa entah ke mana dan aku bahkan tidak yakin apakah dia masih hidup. Aku juga tidak tahu apakah Tessia sudah terbangun, terlebih lagi, dia telah meninggalkan keluargaku dalam keadaan yang buruk...

The Beginning After the EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang