ARTHUR LEWYIN POV :
“Akhirnya, kita punya sedikit privasi untuk berkomunikasi dengan damai,” sebuah suara terdengar di telingaku.
Segera setelah ia berbicara, ruang di sekitar kami mulai terasa berat. Gemetar Sylvie menjadi sangat parah sehingga aku tidak bisa menahannya di atas kepalaku dan harus memeluknya erat-erat.
Tiba-tiba, di tengah kekacauan yang terjadi di sekitar kami, kami berada di sebuah ruangan putih kosong.
Aku menatap dengan bodoh ke sekeliling tapi tidak dapat menemukan kata-kata untuk mengungkapkan kebingunganku. Tanpa mampu mengeluarkan suara untuk mengumpat karena terkejut, aku hanya diam menunggu.
Di dalam kubus putih ini, hanya ada aku, Sylvie yang gemetar, dan sumber dari sepasang mata berbintik-bintik yang terlalu familiar.
Saat mataku sudah bisa menyesuaikan diri dengan kecerahan yang tiba-tiba, aku bisa seekor kucing menarik napas dalam-dalam.
"Haa..."
Apakah itu baru saja mendesah padaku?
Saat aku terus berlutut sambil memegangi ikatanku, kucing yang kulihat di 'Obat dan Ramuan Windsom' mulai menggelengkan kepalanya ke arahku setelah beberapa saat.
Itu benar-benar kucing yang sama yang kulihat waktu itu...
Kucing yang sangat menarik perhatian itu sedang duduk dengan sikap tenang, ekornya berayun menghipnotis saat matanya menatap mataku. Saat tatapan kucing itu semakin menatapku, aku mulai merasa seperti semacam bahan mentah sedang dinilai oleh pedagang veteran yang sedang memutuskan apakah akan membeliku atau tidak.
Aku tersadar dari kebingungan dan mulai mencari lelaki tua itu untuk keluar. Saat aku hendak mengatakan sesuatu dengan keras, kucing itu mulai bersinar dalam cahaya putih keemasan yang menyebar ke seluruh tubuhnya.
Disela, aku hanya tutup mulut dan menunggu kejutannya berakhir. Entah kenapa, aku merasa apa pun yang kulakukan saat ini, aku tidak bisa menghentikan apa pun yang akan terjadi. Itu adalah reaksi naluriah yang entah kenapa tidak bisa ku abaikan.
Meskipun aura dan sikap kucing ini berat dan menindas, aku tahu ia tidak ingin menyakiti ku; kalau tidak, aku pasti sudah mati.
Cahaya putih keemasan itu mulai berubah bentuk dan membesar, berubah dari wujud kucing menjadi manusia.
Seolah terbuat dari kaca, kilauan cahaya berbentuk manusia itu pecah menjadi pecahan cahaya, menampakkan seseorang yang tidak dapat kukenal.
"Salam. Aku biasa dipanggil Windsom," pria itu mendengus dengan nada mencela.
Pria yang bertransformasi dari seekor kucing berbicara dengan keanggunan yang sesuai dengan penampilannya. Di atas pahatan wajahnya terdapat hamparan rambut pirang platinum pendek yang disisir rapi ke samping. Matanya yang dalam, yang tidak berubah sejak dia masih seekor kucing, hampir seperti menyentuh alisnya yang berkerut secara permanen. Ada rasa kebangsawanan dalam tatapannya saat dia terus menatapku.
Meskipun tidak kekar atau berotot, bahu perseginya, di balik seragam militer yang dia buat setelah bertransformasi, memberitahuku bahwa dia adalah seorang pejuang... seorang pejuang seperti ku.
Bibir tipisnya menegang saat dia kembali mengeluarkan desahan ketidaksetujuan melalui hidung mancungnya. Mengintip ke arah Sylvie dan aku, dia berbicara lagi.
“Aki rasa tampilan ini lebih cocok untuk percakapan kita,” pria itu mengumumkan tanpa basa-basi.
Aku membuka mulut untuk mengatakan sesuatu tapi aku menahannya. Jika dia baru saja mengungkapkan bahwa dia adalah Windsom, lalu bagaimana dengan lelaki tua yang mencuri uangku? Apakah pria yang awalnya kukira adalah pemilik toko obat mujarab hanyalah anggapanku yang salah? Lalu siapa orang tua itu? Pengawal Windsom?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beginning After the End
FantasyKing Grey memiliki kekuatan, kekayaan, dan pamor yang tak tertandingi di dunia yang dikuasai oleh kemampuan bela diri. Namun, kesepian berada di belakang mereka yang memiliki kekuatan besar. Di bawah eksterior glamor dari seorang raja yang kuat, ber...