08. Tantangan

143 9 2
                                    

Assalamualaikum, halo, ketemu lagi dengan Babang di chapter delapan. ☺️

Jangan lupa selalu berikan vote, komen serta follow kalian. 🤗

Babang akan update chapter selanjutnya dalam waktu dekat. Tetap semangat membaca cerita absurd ini juga menjalani hidup ini dan tersenyum walaupun hari ini tidak berpihak padamu. 💪

Oke segitu aja bacotnya ya, nanti kalian bosen duluan. 😅











Selamat membaca





"Udah dong, Calon papa mertua, capek nih lari-lari terus," pinta Haikal dengan nafas memburu dan bergaya seperti orang rukuk.

"Kamu yang masih muda aja kecapekan, apalagi saya yang udah 40-an," balas Badai mendudukkan dirinya di lantai dengan kaki selonjoran, "gendong saya ke depan!" pintanya merentangkan kedua tangan di depan Haikal yang masih menumpukan tangan di lutut karena keduanya sekarang berada di teras samping.

"Gak maulah, calon papa mertua, capek," tolak Haikal mendudukkan dirinya di samping Badai.

"Ya udah kalau gak mau, saya pecat kamu jadi calon mantu saya!" ancam Badai, membuat mata Haikal melotot seperti mau ke luar dari tempatnya.

"Ya gak bisa gitu dong, Om!" sanggah Haikal menatap Badai, "masa gitu aja langsung dipecat sih, Calon papa mertua!" serunya tak terima.

"Terserah saya, anak saya kok. Mau apa kamu?!" cemooh Badai menjulurkan lidahnya.

"Ya udah deh aku gendong, tapi nanti. Masih capek nih," pasrah Haikal membaringkan tubuhnya di lantai dan diikuti oleh Badai.

"Apa alasan kamu mau melamar anak saya? dan siapa nama anak saya yang akan kamu lamar?" tanya Badai menatap langit-langit teras rumahnya.

"Harsha, dia itu hitam mani–,"

Bugh!

"Aduh!" seru Haikal karena mendapatkan pukulan maut dari orang yang ada di sampingnya di dada.

"Hitam mbahmu itu!" hina Badai menjambak rambut Haikal, "anak saya itu putih, cantik, dan manis sama seperti mamanya!" ungkapnya mendorong kepala Haikal.

"Kenapa sih om nyiksa saya terus?" tanya Haikal mengelus rambutnya.

"Karena kamu itu pantas untuk disiksa!" balas Badai bangkit dari tidurannya.

"Demi calon istri tercinta, saya rela disiksa sama calon papa mertua," tekadnya ikut bangkit dari tidurnya, "asalkan jangan disiksa neraka saja," sambungnya berdiri dengan mengusap pantat.

"Ayo calon papa mertua, aku gendong," pinta Haikal mengambil posisi untuk menggendong Badai.

"Ayo cepat!" pinta Badai merentangkan tangannya dan langsung digendong oleh Haikal di belakang, "jalan arah sana!" lanjutnya menunjuk ke luar teras saat ia sudah berada di gendongan Haikal dengan nyaman.

"Loh, bukannya pintunya itu ya, Calon papa mertua?" tanya Haikal menunjuk pintu masuk.

"Saya mau nyiksa kamu sedikit, jadi masuk rumahnya dari pintu depan," jawab Badai tanpa merasa bersalah.

"CK," decak Haikal berjalan ke luar teras, "terserah calon papa mertua aja!" balasnya menggerutu dengan memperbaiki posisi gendongannya.












02. My Husband Is a Student Part 2 [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang