62. Hari Terakhir

53 2 0
                                    

Assalamualaikum, halo, ketemu lagi dengan Babang di chapter enam puluh dua. Chapter menuju ending. ☺️

Jangan lupa selalu berikan vote, komen serta follow kalian ya. 🤗

Babang akan update chapter ending dalam waktu dekat. Iya, chapter ending, karena cerita My Husband Is a Student Part 2 bakal tamat. Tetap semangat membaca cerita absurd ini juga menjalani hidup ini dan tersenyum walaupun hari ini tidak berpihak padamu. 💪💪💪










Selamat membaca





4 tahun kemudian....

Waktu begitu cepat berlalu, hingga tanpa terasa sudah berjalan empat tahun sejak Daysha melahirkan anaknya, empat tahun pula semua berjalan sebagaimana mestinya.

Selama empat tahun juga Badai dan Quinnsha tinggal hanya berdua saja, walaupun demikian para cucu-cucunya sering datang mengunjungi kakek-nenek mereka sehingga kedua paruh baya itu tidak merasa kesepian.

Badai dan Quinnsha sudah tidak bekerja lagi, mereka disuruh oleh ketujuh anaknya untuk beristirahat dari rutinitas sehari-hari dan menikmati masa-masa tua mereka.

"Kaivan kok belum datang ya?" gumam Badai yang saat ini sedang duduk santai di teras rumah untuk menunggu kedatangan para cucu-cucunya.

Sudah dua bulan Kaivan dan yang lainnya tidak pernah datang lagi mengunjungi kakek-neneknya, entah apa yang terjadi. Badai sudah menelpon anak-anaknya untuk menanyakan keadaan mereka. Namun, ia tidak mendapatkan jawaban apa-apa. Dari itu Badai mulai berfikir negatif, apa anak-anaknya sudah tidak memperdulikan ia dan Quinnsha? apa dirinya dan sang istri akan bernasib sama seperti orang tua di luaran sana yang diabaikan oleh anak dan cucu?

Tanpa terasa air mata pria yang seluruh rambutnya sudah berubah menjadi putih itu mengalir membasahi pipi, ia tidak dapat membendung lagi rasa rindunya terhadap cucu-cucunya. Padahal Badai sudah memiliki rencana apa saja yang akan dirinya lakukan terhadap sang cucu juga mantunya, tetapi dua bulan mereka tidak ada kabar.

Quinnsha yang ke luar karena dirinya baru saja membuat teh untuk sang suami terkejut, ia juga mendengar isakan tangis Badai. Ada apa dengan sang suami? mengapa pria itu menangis? tidak biasanya Badai menangis.

"Kamu kenapa?" tanya Quinnsha meletakkan secangkir teh hangat ke atas meja depan Badai yang terdapat dua buah papan catur. Entah untuk apa sang suami setiap pagi harinya membawa dua papan catur ke luar dan membawanya kembali masuk di sore hari.

"Hah? gak apa-apa," jawab Badai tersenyum tipis menyembunyikan rasa sedihnya dan rindu, ia mengusap kasar air matanya agar sang istri tidak melihat.

"Nangis kenapa?" tanya Quinnsha lagi, dirinya tidak suka jika Badai berbohong apalagi sang suami sudah berumur.

"Gak apa-apa kok," jawab Badai menggelengkan.

Walaupun sang suami tidak menjawab jujur pertanyaannya, Quinnsha tau kalau Badai memang nangis. "Ya udah minum tehnya," pintanya memberikan segelas teh kepada sang suami. Badai langsung menerima serta langsung meminumnya.

"Kenapa lihat ke gerbang terus?" tanya Quinnsha saat melihat gelagat Badai yang selalu melirik ke arah gerbang rumah.

"Gak ada, cuma lihat orang lewat aja kok," jawab Badai tersenyum tipis, ia membuka papan catur di depannya lalu menyusun poin-poin catur dengan mata sesekali melirik ke arah gerbang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

02. My Husband Is a Student Part 2 [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang