44. Lamaran

24 3 0
                                    

Assalamualaikum, halo, ketemu lagi dengan Babang di chapter empat puluh empat. ☺️

Jangan lupa vote, komen serta follow. 🤗

Babang akan update chapter selanjutnya dalam waktu dekat. Jadi tetap
Semangat untuk membaca cerita absurd ini juga menjalani hidup dan selalu tersenyum walaupun hari ini tidak berpihak padamu. 💪💪💪









Selamat membaca





"Sha! Quinnsha!"

"Sayang, Mah!" Teriakkan Badai menggema di seluruh penjuru rumah, setelah ia sampai di rumah dirinya langsung mencari sang istri.

"Apa sih, Pah! teriak-teriak kek orang hutan aja," sentak Badsha yang protes akibat teriakkan sang papa mengganggunya. Dirinya yang sedang fokus untuk mengerjakan tugas kuliah di ruang tv menjadi terganggu.

"Mama di mana?" tanya Badai yang tidak menghiraukan perkataan Badsha yang protes. Dirinya sangat membutuhkan Quinnsha saat ini.

"Pergi sebentar tadi, gak tau kemana," jawab Badsha kembali fokus mengerjakan tugasnya.

Badai menduduki sofa dekat Badsha, lalu ia mengambil gelas berisikan jus yang ada di meja kemudian diminumnya.

"Pah, itu punya adek!" tegur Badsha karena minuman miliknya yang dibuatkan oleh sang mama tercinta diminum oleh Badai tanpa izin terlebih dahulu.

"Buat lagi, papa haus," jawab Badai yang tidak menghiraukan teguran sang anak, "tumben kamu rajin, udah kena marah sama dosen kamu?" ledeknya yang merasa heran dengan si bungsu, tumben sekali anak itu mengerjakan tugas kuliahnya. Biasanya nunggu ia teriak-teriak dulu baru dikerjakan.

"Suka ati adek lah, kok papa sibuk!" tantang Badsha yang keburu kesal dengan Badai akibat minuman diminum tanpa izin.

"Halah, bilang aja dosen kamu udah ngancam buat ngasih nilai yang rendah 'kan?" tanya Badai menguji seberapa tingkat kesabaran sang anak seraya menaik-turunkan alisnya.

"Dosennya bang Rafkan, adek takut di marahin sama dia," ungkap Badsha dengan jujur. Tangannya ia gunakan untuk mencoret-coret buku dihadapannya.

"Rafkan, abangnya Honey?" tanya Badai yang merasa tidak asing dengan nama yang disebutkan oleh sang anak.

"Hm," jawab Badsha berdeham saja karena fokus mengerjakan tugasnya.

"Dek, kamu mau nikah gak?" tanya Badai setelah setengah jam diam memperhatikan Badsha yang belajar.

"Ya mau lah, Pah, kapan?" tanya Badsha antusias dengan mata berbinar cerah.

"Papa atur dulu, pertemuan papa dengan pak Fakhri buat bicarain pernikahan kamu," jawab Badai turun dan duduk disebelah Badsha. Ia mengelus rambut sang anak dengan lembut, "adek emangnya udah siap nikah?" tanyanya tersenyum hangat pada Badsha.

"Nikah itu enak, Pah? kalau gak enak, apanya?" tanya balik Badsha dengan memiringkan kepalanya menatap sang papa.

"em, enaknya pas di ranjan– argh!" imbuh Badai kemudian berteriak karena telinganya ditarik dengan kuat oleh sang istri tercinta.

02. My Husband Is a Student Part 2 [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang