Assalamualaikum, halo, ketemu lagi dengan Babang di chapter empat puluh sembilan.☺️
Jangan lupa vote, komen serta follow ya 🤗
Babang akan update chapter selanjutnya dalam waktu dekat. Jadi tetap
Semangat untuk membaca cerita absurd ini juga menjalani hidup dan selalu tersenyum walaupun hari ini tidak berpihak padamu. 💪💪💪
Selamat membaca
★
★
★
★
★Kabar atas meninggalnya orang tua dari Fahmi membuat Badai dan Quinnsha terkejut, mereka tidak menyangka bahwa Hanafi dan Kaina berpulang secepatnya ini. Setelah bersiap-siap keduanya langsung berangkat ke rumah duka.
Orang tua Fahmi meninggal akibat kecelakaan yang mereka alami, sebelumnya keduanya ingin melakukan perjalanan bisnis ke Australia namun, pesawat yang mereka tumpangi mengalami kecelakan dan Hanafi dan Kaina menjadi korbannya.
Sesampainya di kediaman Fahmi dan Kaysha, Badai dan Quinnsha dapat melihat rumah itu sudah dipenuhi dengan orang yang ingin mengucapkan bela sungkawanya kepada keluarga yang ditinggalkan. Pasangan suami istri itu pun masuk untuk menemui anak dan mantunya yang ada di dalam.
"Kaysha," panggil Quinnsha saat melihat anak sulungnya duduk di depan jenazah mertuanya dengan Kaivan digendongnya.
"Mama." Kaysha langsung menghamburkan tubuhnya kepelukkan sang mama dan menangis sejadi-jadinya.
Sedangkan Badai, ia menghampiri Fahmi yang duduk di kursi dengan tatapan kosongnya. Pria dengan dua cucu itu dapat merasakan kesedihan yang dialami oleh mantu pertamanya, ditinggal oleh orang yang paling kita sayangi untuk selamanya menang rasanya sakit bahkan sangat menyakitkan.
"Fahmi," panggil Badai menepuk pundak Fahmi lalu duduk di sampingnya.
Fahmi tersentak ketika pundaknya ditepuk, ia tersenyum tipis menatap sang mertua. walaupun saat ini dirinya tidak menangis, Badai bisa melihat mata mantunya bengkak dan sembap. Pasti sang mantu menangis seharian.
"Udah, gak apa-apa ya? sudah ikhlaskan kepergian mereka, masih ada papa. Papa 'kan orang tuamu juga," ucap Badai menasehati Fahmi dan membawa sang mantu kepelukkannya.
Seketika itu juga Fahmi kembali menangis sejadi-jadinya, ia terisak-isak sambil menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Badai. Dirinya sudah menahan agar tidak menangis lagi, namun semua hancur akibat perkataan sang mertua dan pelukannya.
Badai senantiasa mengelus punggung yang selalu tegap tetapi saat ini sedang rapuh, ia juga menuturkan kata-kata agar Fahmi tenang dan dapat mengikhlaskan kepergian orang tuanya walaupun berat.
Setelah sekitar tiga puluh menit, barulah Fahmi dapat menghentikan tangisannya. Air matanya juga habis sebenarnya. Ia mengurai pelukannya bersama Badai dan menghapus air matanya yang masih tersisa di pipinya.
"Udah lebih tenang?" tanya Badai tersenyum menenangkan.
Fahmi mengangguk sebagai jawaban, ia melihat sang istri yang sedang bersama Quinnsha dan juga anaknya. Saking sedihnya ia sampai melupakan anak istrinya.
Acara pemakaman Hanafi dan Kaina dilanjutkan dengan memandikan dan menyolatkan, baru setelah itu di makamkan di TPU terdekat. Fahmi, selaku anak satu-satunya mengimami shalat jenazah orang tuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
02. My Husband Is a Student Part 2 [On Going]
RandomFOLLOW DAN VOTE DULU SEBELUM MEMBACA‼️ ★Alghifhari The Series★ 🔞 Kelanjutan dari "My Husband Is a Student" Bisa di baca terpisah, tetapi disarankan membaca season sebelumnya dulu biar ngerti alur. 🙃 ★★★★ Kisah rumah tangga Alghifhari Badaindra dan...