13. Perjodohan

119 6 0
                                    

Assalamualaikum, halo, ketemu lagi dengan Babang di chapter tiga belas.☺️

Jangan lupa vote, komen serta follow 🤗

Babang akan update chapter selanjutnya dalam waktu dekat. Tetap semangat membaca cerita absurd ini juga menjalani hidup ini dan tersenyum walaupun hari ini tidak berpihak padamu. 💪





Selamat membaca





Kepala Badai miring ke kanan dan ke kiri guna memperdalam ciumannya dengan Quinnsha, ia memasukkan lidahnya ke dalam mulut sang istri, mengabsen satu persatu jajaran gigi rapi milik istrinya itu.

Tangan Quinnsha melingkar di leher Badai dengan jari tangannya meremas rambut sang suami, sedangkan tangan Badai masuk ke dalam baju bagain belakang Quinnsha, mengelus punggung sang istri dengan gerakan sensual.

Hingga akhirnya suara pekikan melengking Badsha membuat mereka menjauhkan diri satu sama lain.

"Papaaa!!!"

"Papa sama mama mau bikin adek buat, adek?!" tanya Badsha dengan bersedekap dada dan mata melotot.

"Adek mau 'kan?" tanya Badai balik dengan mengusap bibirnya yang basah.

"Mau apa?" Badsha mengerutkan keningnya bingung dengan pertanyaan sang Papa yang tak jelas.

"Adek bayi." Sambil menaik-turunkan alisnya, Badai menggoda anak bungsunya.

"Enggak!" tekan Badsha mendudukkan dirinya di sofa tunggal menghadap kedua orang tuanya.

"Adek udah siapkan?" tanya Quinnsha setelah mengusap bibirnya yang basah sedikit bengkak akibat ulah Badai.

Badsha mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan sang Mama. "Ya udah ayo kita berangkat, Pah," ajak Quinnsha berdiri dari duduknya dengan merapikan pakaiannya.

"Ya udah ayo kita berangkat, dek," ajak Badai ikut berdiri dari duduknya dengan menarik tangan sang bungsu.

"Pokoknya adek gak mau punya Adek lagi ya, Pah, mah," ucap Badsha dengan mengerucutkan bibirnya dan ikut melangkahkan kakinya mengikuti Badai.

"Iya dek, lagian mama gak bakal bisa hamil lagi," jawab Quinnsha dengan mengelus rambut sang anak.









★★★★★

"Alhamdulillah, sampai juga." Badai menghentikan mobilnya di sebuah halaman rumah yang sangat besar. Bahkan jauh lebih besar dari rumah miliknya.

"Ini rumah siapa, Pah?" tanya Badsha melihat ke arah luar mobil melalui kaca jendela yang terbuka, ia melihat rumah yang begitu besar dihadapannya.

"Nanti mapa jelaskan. Sekarang kita masuk aja ke dalam," balas Badai membuka sabuk pengamannya dan turun.

"Mah," panggil Badsha menatap sang Mama yang membuka sabuk pengaman juga.

"Udah turuti apa kata papa aja," jawab Quinnsha tersenyum tipis lalu menyusul sang suami.

"CK, gak papa, mama sama aja," decak Badsha menggerutu, ia ikut turun juga, "Pah!" panggilnya lagi setelah ia berdiri didepan Badai.

02. My Husband Is a Student Part 2 [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang