37. Bangun

24 2 0
                                    

Assalamualaikum, halo, ketemu lagi dengan Babang di chapter tiga puluh tujuh. ☺️

Jangan lupa vote, komen serta follow. 🤗

Babang akan update chapter selanjutnya dalam waktu dekat. Jadi tetap
Semangat untuk membaca cerita absurd ini juga menjalani hidup dan selalu tersenyum walaupun hari ini tidak berpihak padamu. 💪💪💪








Selamat membaca





"Papa!!!" teriak Badsha yang terkejut karena lagi dan lagi keperawanan bibirnya diambil oleh sang papa.

Hahaha, pasti kalian ngiranya kalau Badai meninggal 'kan? tidak segampang dan secepat itu lah, anak-anaknya aja belum pada kawin, eh, maksudnya nikah. 😅

Badai dinyatakan berhasil melewati masa-masa kritisnya oleh Devan setelah delapan hari ia tidak sadarkan diri. Ia juga sudah dipindahkan ke ruang rawat inap dan saat ini sang bungsu sedang bersandar manja di dada bidangnya karena tidak mau ditinggal pergi olehnya.

"Papa kenapa sih suka banget nyium bibir adek?!" kesal Badsha bangkit kemudian ia naik ke brankar sang papa lalu tidur menyamping dan melingkarkan tangannya di badan Badai.

"Dek, papa mau sama mama dulu, kamu sana bentar," usir Badai yang tidak nyaman dengan si bungsu berada di sebelahnya. Udah sempit brankar-nya ditambah Badsha tidur di sampingnya, 'kan tambah sempit.

"Gak mau," tolak Badsha menduselkan wajahnya di ketiak sang papa dan tertidur.

Badai pasrah dengan sang anak, mau gimana lagi. Ia menatap sang istri yang berdiri tidak jauh dari brankar-nya, "kemari, Sayang," pintanya yang membuat Quinnsha langsung menghamburkan tubuhnya kepelukkannya.

"Cup cup, udah jangan nangis lagi lah," ucap Badai menghibur Quinnsha yang menangis di dada bidangnya.

"Jangan pergi," racau Quinnsha mengecup pipi Badai.

"Sini gak?" goda Badai menaik-turunkan alisnya seraya terkekeh.

Tanpa kata Quinnsha langsung mencium bibir Badai dan melumatnya di depan anak-anak terutama Badsha yang ternyata tidak tidur. Ia penasaran dengan sang mama yang menangis dan permintaan Badai.

Mata Badsha membulat ketika melihat aksi orang tuanya yang asik berciuman di hadapannya, dirinya jadi teringat sewaktu ia di kamar Honey dan bibirnya juga dicium oleh sang kekasih. Sudut bibir Badsha naik saat mendapati pancaran kegembiraan di mata sang mama, dirinya bahagia saat Quinnsha bahagia tidak nangis seperti beberapa hari kebelakangan.

"Jangan kek kemarin lagi ya, Mas?" pinta Quinnsha setelah ia menyelesaikan ciumannya dengan Badai.

"Iya," jawab Badai tersenyum dengan mengelus bibir sang istri, "cium lagi," pintanya menarik tengkuk Quinnsha lalu mencium bibir ranum dan melumatnya.

Lidah Badai masuk ke dalam mulut Quinnsha untuk mengabsen gigi yang rapi berjajarnya. Kepala Quinnsha miring ke kanan dan kiri untuk memperdalam ciuman mereka yang semakin panas tanpa menghiraukan keberadaan keenam anaknya.

Badsha yang mulai bosan dengan adegan panas kedua orang tuanya, pun bangkit dan turun dari brankar sang papa. Ia duduk di bawah dekat sofa yang diduduki para kakak-kakaknya seraya memperhatikan orang tuanya.

02. My Husband Is a Student Part 2 [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang