[Brookfield Place, New York - 14.00 EST]
[Author POV]
Lee Ji Ah, psikolog sekaligus psikiater yang baru selesai menjadi pembicara dalam sebuah seminar di Jacob Javits Convention Centre tampak keluar dari dalam sebuah mobil.
Didampingi putra tunggal nya yang selalu murah senyum, anak dan ibu itu segera memasuki komplek pusat perbelanjaan, gedung perkantoran sekaligus pusat kuliner mewah di daerah downtown Manhattan.
Pada akhirnya mereka memutuskan untuk makan siang di tempat itu karena itulah tempat terdekat untuk mengisi perut mereka yang sudah terasa sangat lapar.
Walaupun jam makan siang telah terlewat, Lee Ji Ah ingin meluapkan rasa rindu dengan putra tunggal nya lebih lama lagi disana sebelum ia kembali ke California malam nanti.
"Eomma ... kajja kita makan disana saja. Aku tahu restaurant itu menghadap langsung ke sungai Hudson. Tentu pemandangan disana sangatlah memanjakan mata." Park Jimin segera mengajak ibunya untuk memasuki salah satu restaurant yang cukup mewah di kompleks itu.
"Eomma percaya seleramu tidak di ragukan lagi. Kamu benar - benar persis seperti ayahmu, perfeksionis dan juga romantis." Lee Ji Ah tersenyum ketika melihat putra tunggal nya tampak bersemangat.
Meja kosong yang berada di dekat jendela akhirnya menjadi pilihan mereka. Park Jimin kembali dengan sifat perhatian nya dengan segera memilihkan menu makanan untuk sang ibu.
"Apakah eomma ingin makan makanan berat atau veggies seperti biasanya?" Park Jimin menatap sang ibu.
"Apapun pilihanmu, eomma akan memakan nya." Lee Ji Ah kembali tersenyum.
"Baiklah aku akan memilihkan steak saja karena makan siang mu sudah terlalu telat eomma." Park Jimin terkekeh.
Pada akhirnya mereka memilih steak sebagai menu makan siang mereka. Park Jimin yang sudah beberapa bulan tidak pulang ke California benar - benar ingin memanfaatkan waktu dengan wanita yang ia sayangi dengan sangat baik.
"Jimin, eomma ingin meminta pendapatmu." Lee Ji Ah menatap sang putra sembari menyesap orange jus pilihan nya.
"Nee, eomma. Katakan lah, aku siap mendengarkan nya." Park Jimin menatap sang ibu dengan tersenyum.
"Eomma mendapatkan tawaran untuk menjadi psikolog salah satu club basket besar di New York. Mereka membutuhkan jasa psikolog karena untuk memastikan dan menjaga kesehatan mental pemain - pemain nya dalam kondisi baik selama pertandingan. Bagaimana menurutmu?" Lee Ji Ah menatap putranya dengan tenang.
"Woah ... jinjja? Club mana yang meminta jasa mu eomma?" Park Jimin penasaran sekaligus bersemangat.
"New York Liberty. Eomma tidak diharuskan standby setiap hari, tetapi eomma akan datang rutin sebulan sekali dan on call jika diperlukan secara mendesak. Bagaimana menurut pendapatmu?" Lee Ji Ah kembali meminta pendapat putranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Stars Shiper
FanfictionAtlet profesional basketball New York Liberty yang tengah berada di puncak popularitas harus mendapatkan ujian hidup yang tidak pernah terpikirkan oleh nya. Ujian datang ketika takdir mempertemukan nya dengan seseorang tanpa kesengajaan dengan berba...