[30 Main Street, Brooklyn, NYC - 21.00 EST]
[Author POV]
"Bagaimana? Apakah ada?"
Pemain basket New York Liberty bernomor punggung dua puluh baru saja mengistirahatkan tubuh nya setelah menyelesaikan pertandingan melawan Connecticut Sun.
Pada akhirnya pertandingan yang baru saja mereka selesaikan sore itu membawa Squad Biru menduduki posisi dua klasemen liga WNBA tahun ini.
Dia tampak dalam posisi menungging, menunggu kekasih nya menyelesaikan tugas untuk memeriksa tanda lahir yang berada di sekitar pantat nya.
"Hhmm ... tidak ada." Dita Karang memukul pantat kekasih nya sembari terkekeh. "Namanya juga tanda lahir, mungkin seiring bertambah nya usiamu tanda lahir itu menghilang ataupun samar dengan sendirinya sayang."
Mungkinkah? gumam Park Jinny dalam hati.
"Really? Apakah kamu yakin?" Park Jinny kembali membenarkan celana sembari menatap kekasih nya.
"Yakin lah, memang tidak ada tanda lahir di pantatmu." Dita Karang menghela nafas panjang. "Apa yang terjadi? Apakah kamu tengah menyembunyikan sesuatu kepadaku?"
"Tidak ... aku hanya penasaran karena di surat keterangan kelahiran ku tertulis bahwa aku mempunyai tanda lahir disana. Aku pun baru mengetahui nya kemarin." jelas Park Jinny sembari kembali merebahkan tubuh nya.
"Alright ... aku mencoba mengerti walaupun perasaan ku mengatakan kamu tengah menyembunyikan sesuatu dariku." Dita Karang tersenyum kemudian turut merebahkan tubuh nya di samping sang bintang lapangan.
"Dita ... bagaimana rasanya ketika kamu kehilangan orang tua dan menjalani hari - harimu sendiri tanpa mereka?" Park Jinny menatap kekasih nya.
Dita Karang tampak memandang langit - langit kamar untuk beberapa saat sebelum menjawab. Seketika kerinduan dengan kedua orang tuanya kembali menyusup di hati.
Dia juga lama tidak mendengar kabar dari kakak kandung nya di Indonesia. Tanpa sadar, ia yang selama ini terlalu fokus menyelesaikan pendidikan dan mencari cara untuk bertahan hidup di kota New York membuat ia lama tidak melakukan kontak dengan kakak nya.
"Hhmm rasanya? Rasanya seperti orang terasing. Tidak tahu harus bagaimana, tidak tahu harus mencari sandaran kepada siapa, dan kamu harus dipaksa kuat menghadapi dunia yang begitu keras seperti ini." Dita Karang menatap kekasih nya. "Apalagi saat itu usiaku masih kecil. Kamu harus selalu bersyukur karena masih mempunyai orang tua yang lengkap dan sangat mencintaimu, Jinny."
Park Jinny terdiam menatap kekasih nya. Ternyata masih banyak orang - orang yang tidak seberuntung dia. Contoh lah saja kekasih yang sangat ia cintai.
Jika Dita Karang mampu survive dengan kehidupan nya yang keras dan tidak mempunyai orang tua sejak kecil, bukan kah seharusnya ia juga bisa?
Walaupun bukti - bukti ucapan lelaki buruk rupa itu masih belum bisa dikatakan cukup kuat, tetapi entah kenapa saat ini ia pun sudah merasa tidak mempunyai siapa - siapa lagi yang bisa dipercaya untuk menjadi sandaran selain kekasih nya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Stars Shiper
FanfictionAtlet profesional basketball New York Liberty yang tengah berada di puncak popularitas harus mendapatkan ujian hidup yang tidak pernah terpikirkan oleh nya. Ujian datang ketika takdir mempertemukan nya dengan seseorang tanpa kesengajaan dengan berba...