The Cascade

154 124 1
                                    

[30 Main Street, Brooklyn, NYC - 08.00 EST]

[Author POV]

⏰Kriiiiingggg

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⏰Kriiiiingggg ....  ⏰

      Park Jinny segera membuka kedua matanya begitu mendengar alarm jam weker sudah meraung - raung di atas nakas.

      Jari jemarinya segera bergerak mematikan dan tidak lupa melemparkan nya ke dalam tong sampah yang berada di sudut kamar.

      Pandangan nya kembali mengedar ke sisi tempat tidur dimana masih tidak ada seseorang yang selalu membangunkannya setiap pagi dengan sebuah ciuman.

      Park Jinny kembali merebahkan tubuh nya dan memijit kening nya dengan kedua mata terpejam. Biasa mendengar rumah nya selalu ramai dengan teriakan dan tawa Rea ketika pagi, kini hanya sepi yang ia dengar.

      Dia tetap tidak menyangka jika Dita belum mau dibujuk untuk pulang dan lebih memilih mengusir nya walaupun ia masih sangat rindu dengan putrinya.

      Alasan karena belum mau tersorot kamera jika ia kembali ke lokasi rumah mereka serta mempertimbangkan Park Jinny yang belum akan mengambil langkah pasti terkait issue hubungan nya yang semakin panas.

      Apalagi kini status pemain basket yang sudah diketahui sebagai pewaris tunggal Park&Park Group oleh publik semakin membuat Dita Karang tidak ingin membebaninya atau dianggap memanfaatkan pemain basket itu.

      Perbedaan status sosial mereka yang semakin terlihat nyata membuat Dita Karang merasa tidak pantas bersanding dengan seorang Park Jinny.

     Bagi seorang Park Jinny, keputusan kekasih nya yang meminta extra waktu untuk menenangkan diri di apartemen Aria sedikit bisa ia maklumi. 

      Asalkan ia masih di perbolehkan untuk bertemu dengan putrinya, Park Jinny tidak akan memaksa Dita untuk buru - buru kembali ke rumah sampai keadaan benar - benar memungkinkan.

      Ia sangat peduli dengan kesehatan mental kekasih nya yang tentu saja kehidupan tersorot kamera seperti itu belum terbiasa bagi dancer asal Indonesia itu.

Krucuuuk ... krucuuuk ....

      Perutnya kembali berbunyi dengan begitu nyaring. Setelah kembali dari California dan langsung menuju apartemen Aria, pemain basket itu tidak sempat mengisi perut nya dengan makan malam.

      Itulah kenapa saat bangun pagi ini perutnya seketika langsung terasa perih. Ia ingin sarapan tetapi kembali teringat bahwa ia tidak pandai membuat sarapan.

      Biasanya ada Dita yang sudah menyiapkan urusan sarapan setiap pagi. Sungguh, pemain basket itu benar - benar tidak bisa hidup tanpa adanya Dita Karang di sisi nya.

"Aigoo Dita, what should I do? Aku benar - benar tidak bisa apa - apa tanpa mu cintaku." gumam Park Jinny yang kembali terlihat frustasi.

      Ia segera meraih handphone yang tergeletak di atas nakas dan tampak mengetikan sebuah pesan kepada DIta.

The Stars ShiperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang