[Barclays Center, Brooklyn - 12.00 EST]
[Author POV]
Zzrrrtt ... zzzrrtt ....
Park Jinny tengah menutup resleting tas penyimpanan peralatan yang dibawa nya di saat ia telah menyelesaikan latihan terakhirnya hari ini.
Pertandingan partai final akan di gelar besok sore dan itulah mengapa ia hanya berlatih selama dua jam karena arena utama sedang di sterilkan untuk pertandingan besok.
Belum lagi sore nanti ia dijadwalkan melakukan press confrence di media center rumah nya yang berada di Sagaponack. Tentu kali ini ia akan banyak - banyak menghemat tenaga untuk itu semua.
Kepalanya segera menengadah begitu ia melihat keempat pemain starter utama New York Liberty sudah berdiri di hadapan nya dengan kedua tangan menekuk di dada.
Melihat keempat sahabat nya sudah berdiri memandangi dirinya membuat pemain basket itu menghentikan kegiatan packing nya dengan segera.
"What?" Park Jinny menatap satu per satu sahabat nya.
"Kali ini kita akan ikut dengan mu ke Sagaponack. Apapun keputusan mu dan skenario yang sudah disusun oleh Kim Jisoo dan manager Hyun Bin, kita akan tetap mendukung semua keputusan mu dan mendampingi mu selalu." Lea Mizuki mengutarakan keinginan yang sudah menjadi kesepakatan mereka berempat.
"Kalian tidak perlu repot - repot seperti itu. Aku tidak apa - apa. Lebih baik kalian kembali ke dorm dan mengambil istirahat yang cukup." Park Jinny tersenyum kemudian kembali melakukan packing peralatan nya.
"Mungkin kamu bisa menghandle segalanya termasuk menyembunyikan perasaan mu kepada orang lain. Tetapi kami tidak akan pernah membiarkan sahabat kita sendiri babak belur menjadi martir untuk club ini." Kang Seulgi menatap Park Jinny dengan serius.
"Kamu sudah kami anggap seperti saudara dan keluarga sendiri, eonni. Jika jatuh maka kita jatuh bersama - sama. Jika bersinar, maka kita harus bersinar bersama - sama. Itu wajib!" Ji Yeong Ju menatap Park Jinny dengan resah.
"Kami rasa keputusan manager Hyun Bin dan Jisoo yang memaksa mu untuk kembali melakukan penolakan sudah di luar batas perikemanusiaan. Kamu berhak menjalani kehidupan normal sebagai manusia bro. Memperkenalkan keluarga kecilmu adalah hak dan tidak sepantas nya kamu menyembunyikan mereka dari publik." Lalisa Manoban yang melihat gurat wajah lelah Park Jinny kembali membuat nya sedikit khawatir.
"Jadi jangan larang kami untuk mendampingimu nanti." Lea Mizuki kembali mengucapkan tujuan mereka dengan tegas.
Park Jinny hanya tersenyum mendengar ucapan teman - teman nya. Mereka di satukan di club basket ini dan menemukan arti sebuah kekeluargaan di club ini juga.
Walaupun Park Jinny baru bergabung di New York Liberty selama satu tahun, tetapi ia sudah merasa club basket ini seperti rumah sendiri.
"Thank you guys, aku tidak pernah meragukan rasa kesetiakawanan kalian. Tetapi ... aku sudah menganggap club ini sebagai rumah kedua. Benar apa kata manager Hyun Bin, jika aku hanya memikirkan rasa egoisme ku sendiri maka rumah yang menaungiku akan hancur dengan seketika. Begitu juga dengan The Hamskie's management. Aku rasa Dita dan putriku akan mengerti kenapa aku harus kembali berbohong di hadapan publik." Park Jinny mengedarkan pandangan ke arah lain. Ia tidak ingin air mata yang sudah menggenang seketika luruh di pipi tirus nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Stars Shiper
Fiksi PenggemarAtlet profesional basketball New York Liberty yang tengah berada di puncak popularitas harus mendapatkan ujian hidup yang tidak pernah terpikirkan oleh nya. Ujian datang ketika takdir mempertemukan nya dengan seseorang tanpa kesengajaan dengan berba...