"21- Tidak Mungkin"

7.5K 573 86
                                    


.
.

HAPPY READING



.
.


Sunoo akhirnya di larikan ke rumah sakit. Di depan ruangan yang baru saja menelan brankar Sunoo, delapan orang yang merupakan orang tua dan saudara Sunoo tengah menanti dengan cemas keadaan bungsu keluarga mereka.

"Hiks.. adek" Jake tak pernah berhenti terisak sejak tadi.

"Jake. Adek pasti baik-baik aja. Ayo kakak antar. Kamu juga butuh perawatan" Heeseung menghampiri adik ke duanya.

Kondisinya tak jauh berbeda dari adik pertama. Sangat menghawatirkan dengan wajah pucat penuh luka.

"Hiks.. kak. Ini salah aku. Coba aja aku bisa-"

"Jake! Ini kecelakaan. Jangan salahin diri kamu! Ujar Heeseung keras. Membuat Jake tersentak dan terdiam.

"Kakak gak mau kamu kenapa-kenapa"

"Kakak mohon, nurut yah?" Ada nada sedih dan gemetar pada kalimat terakhirnya. Membuat Jake semakin merasa bersalah akan semua ini.

"Izinin aku disini sampe dokter ngumumin keadaan adek kak. Aku harus pastiin kalo adek aku baik-baik aja" ujar Jake yang pada akhirnya membuat Heeseung menyerah.

Sekitar tiga puluh menit lamanya. Akhirnya pintu terbuka dan menampilkan satu dokter laki-laki dengan ekspresi yang tak dapat di jelaskan.

"Bagaimana keadaan anak saya dok!" Sowon yang paling pertama maju dan bertanya.

Namun dokter itu tk menjawab. Pria berjas putih itu hanya diam dan menunduk.

"Bunda saya bertanya pada anda!" Jay berucap dengan penuh penekanan dan tatapan tajam.

"Lo jangan kayak orang bisu yah!" Jungwon akhirnya ikut berkomentar. Dia kesal. Keluarganya butuh penjelasan dokter itu segera.

"Mohon maaf, waktu kema-"

"TIDAK!" Itu Sunghoon. Pemuda itu sudah menatap marah pria di depannya.

Sret!

Pemuda pucat itu menarik kerah kemeja dokter tersebut.

"Adek gw gak mungkin pergi! Lo jangan asal bicara yah!" Sunghoon menatap marah dokter yang masih tak mau menatapnya. 

"Maaf, luka yang dialami pasien sangat parah. Sehingga-"

"Enggak, adek- enggak-" Heeseung sudah masuk lebih dulu tanpa mendengarkan seluruh penjelasan dokter.  Disusul Jake dan yang lainnya mereka mulai memasuki ruangan dingin itu. Sedangkan Seokjin sudah beku di tempatnya. Bahkan Sowon yang pingsan hanya di bantu oleh perawat yang kebetulan lewat. Sang suami seperti sidah tak dapat bergerak.

Disana, didalam ruangan yang dingin. Raga seseorang telah terbujur kaku dan dingin mengikuti keadaan ruangannya.

"Enggak" yang paling tua masih tak percaya dan dengan tangan gemetarnya mencoba menarik kain yang menutup wajah adiknya.

Hingga saat wajah pucat itu terlihat, rasa sesak bersamaan menghantam kelima pemuda itu. Sesak dan sakit di dada mereka tak tertahankan. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa yang ada dihadapannya ini adalah adiknya? Bagaimana bisa adik ya benar-benar pergi? Apakah semua ini tak bisa menjadi candaan saja? Tidakkah takdir ini terlalu kejam pada mereka.

"Hiks.. tidak.. tidak.." Jay sudah bersimpuh memeluk tubuh kaku itu.

Niki menangis sekencang yang ia  bisa. Jungwon juga sama, bahkan anak itu sudah terduduk di lantai. Heeseung ikut bersimpuh bersama Jay, Sunghoon tak bergeming. Seperti dunianya yang terasa berhenti. Dan Jake...

A B A N G [E N H Y P E N]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang