"39-Abang Jay"

5.1K 475 40
                                    

.
.

Happy Reading

.
.

Jay tengah berjalan di taman bersama Sunoo. Pemuda itu menjanjikan akan mengajak Sunoo berjalan-jalan di taman setelah kaki anak itu sembuh.

"Beneran kakinya udah gak sakit?" Tanya Jay. Dia masih khawatir membiarkan Sunoo berjalan lama.

"Iya abang, udah gak sakit. Lagian, Sunoo kan harus banyak latihan" jawab Sunoo yang hanya dibalas anggukkan oleh Jay.

"Abang, mau ice cream" Sunoo menunjuk truck ice cream yang berada di tepi jalanan taman.

"Satu aja yah.." nasihat Jay.

"Okey abang!"

"Yaudah, tunggu disini" Jay akan melangkah.

"Abang mau kemana?" Tanya Sunoo.

"Mau beliin kamu ice cream lah" jawab Jay.

"Abang pergi sendiri?"

"Iya"

"Ikut!"

"Nanti kakinya sakit-"

"Pokoknya ikut!"

"Yaudah iya"

"Yes!"

Akhirnya mereka berjalan bersama menuju truck ice cream yang dimaksud.

.
.

Sunoo tengah menikmati ice cream pesanannya. Sedang Jay memilih untuk menikmati waffle.

"Besok adek udah masuk sekolah?" Tanya Jay.

"Hu um..."

"Padahal kayaknya belum lama aku libur. Eh, udah masuk aja" ujar Sunoo yang membuat Jay tertawa.

"Abis ini kita pulang yah. Abang mau ke Caffe" ujar Jay.

"Ikut!" Pekik Sunoo.

"Adek istirahat aja. Gak usah ikut"

"Mau ikut abang..."

"Hah... Yaudah iya" dan akhirnya  Jay hanya bisa mengiyakan.















.
.

Sunoo tengah membantu beberapa karyawan Jay. Jay sudah melarangnya, dia takut adiknya akan kelelahan. Namun sang adik tak mendengarkan perkataannya. Membuatnya pasrah dan membiarkan sang adik melalukan apa yang dia mau.

"Bagaimana dengan menu ini? Ini menu baru yang saya rekomendasikan waktu itu kan?" Tanya Jay pada salah satu orang yang dipercayakan mengolah caffenya.

"Benar pak. Menu ini diterima dengan baik. Bahkan menjadi favorite pelanggan" jawab wanita paruh baya itu. Kita panggil saja ibu Jaeyla.

"Baguslah kalau begitu"

"Lalu bagaimana dengan menu yang lainnya? Apakah ada menu paling terbelakang? Seperti yang sangat jarang dipesan pelanggan?" Tanya Jay lagi.

"Sejauh ini semua menu diminati pelanggan pak. Tidak ada yang terbelakang" jelas bu Jaeyla yang membuat Jay mengangguk.

"Hanya saja, untuk beberapa menu ada kenaikan harga bahan. Apakah kita harus menaikkan harga atau mengurangi porsi pak?" Tanya bu Jaeyla lagi.

"Kita naikkan saja harganya. Kita harus mempertahankan kualitas menu kita. Mengurangi porsi hanya akan membuat kita terhindar dari masalah kenaikan harga bahan, tapi kualitas makanan kita akan menurun jika kita mengurangi porsi. Saya lebih memilih mempertahankan kualitas meskipun harus menaikkan harga menu" jelas Jay yang dibalas anggukkan oleh wanita paruh baya itu. 

A B A N G [E N H Y P E N]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang