"33-Sedih"

4.3K 489 55
                                    

.
.

HAPPY READING

.
.

Heeseung masih sibuk berbincang melalui ponselnya. Ekspresi wajah pemuda itu sulit diartikan. Pemuda itu terlihat begitu serius dengan pembicaraannya.

BRAK!

Fokus Heeseung teralih ke arah kamarnya.

"Halo?" Orang di seberang sana bertanya karena Heeseung yang tak menjawabnya.

"Maaf, saya akan menghubungi anda kembali" Heeseung mematikan ponselnya sepihak.

"Apa itu?" Pemuda itu berjalan dengan wajah penasaran dan seriusnya.

Heeseung mulai memasuki kamarnya.

"Sunoo?" Panggilnya saat tak mendapati keberadaan sang adik.

Netranya teralih pada ruang kerjanya. Pintu disana terbuka. Heeseung mendekat, hingga matanya membulat saat mendapati kekacauan disana.

"Astaga!"

"Lee Sunoo!"

"Apa yang kau LAKUKAN!"

Sunoo beku. Netranya jelas melihat wajah merah padam sang kakak. Untuk pertama kalinya, Heeseung benar-benar marah padanya.

"A-abang, S-Sunoo-" Sunoo berusaha menjelaskan. Namun lidahnya malah terasa kelu.

"Berkasku!" Panik Heeseung menghampiri berkas-berkasnya yang tercecer mengenaskan.

"A-abang, maafin Sunoo. Sunoo-"

SRAK!

Tubuh Sunoo tersentak. Heeseung tiba-tiba bangkit, berbalik dan menatapnya tajam.

"Kamu tuh bisa gak sih! Sehari aja gak buat masalah!"

"Bisa gak sih! Satu hariiii aja, gak bandel! Kamu punya telinga! Bisa gak sih dipakai mendengar!"

"Kamu udah gede Sunoo! Masa mau dibilangin terus!"

"Bisa gak sih! Sehari aja nurut! Abang itu capek! Gak cuman ngurusin kamu doang! KENAPA KAMU SELALU BUAT MASALAH HAH!!"

Sunoo beku, menatap sang kakak yang tengah mengatur nafasnya yang terengah.
Sunoo sadar, ini salahnya karena tidak hati-hati. Tapi, haruskah mengatakan semua itu?

"Kak!" Ni-ki yang mendengar keributan berasal dari kamar Heeseung segera mendatangi kamar kakak tertuanya itu. Tapi ternyata, remaja itu malah mendapati sang kakak tertua memarahi adiknya.

"Hah!" Heeseung mengacak rambutnya frustasi.

"Bawa dia keluar dari sini! Sebelum kakak lepas kendali" ujar Heeseung. Pemuda itu berucap dengan nada dingin dan tak mau menatap kedua adiknya.

Tanpa berkomentar, Ni-ki segera meraih bahu sang adik dan membawanya keluar.

"Kamu gak papa?" Tanya Ni-ki cemas. Mereka sudah berada di luar kamar Heeseung.

"Hiks.." Ni-ki menekuk alisnya. Adiknya masih menunduk dan sekarang malah terisak.

"Dek.." panggil Ni-ki yang perlahan membuat sang adik menatapnya.

"Astaga! Ini kenapa bisa luka!" Panik Ni-ki saat mendapati pelipis sang adik berdarah.

"Hiks.. a-bang.. hiks.." bukannya menjawab. Anak itu malah menangis pilu.

"Hiks.. a-abang-"

Grep!

"Udah,,, nanti kamu sesak" Ni-ki segera membawa tubuh Sunoo kedalam pelukannya. Mendengar tangisan Sunoo saja sudah membuat Ni-ki sesak. Jika dibiarkan adiknya itu bisa sesak beneran.

A B A N G [E N H Y P E N]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang