PART 1 : KEKHAWATIRAN SEORANG IBU

1.5K 66 93
                                    

JANGAN LUPA VOTE DAN JUGA KOMEN GUYS!!!

"Aku tidak tau, pernikahan semacam apakah in. Aku juga tidak pernah tau, perasaan semacam apakah ini."

              ~Almeera Azahra alfathunissa~

                                    ~~~~

Zahra berfikir, ketika ia menerima pernikahan kedua dari suaminya. Suaminya itu akan berlaku adil kepada istri-istrinya. Namun sepertinya, ia salah. Justru sikap zayn semakin berubah kepadanya. Dia jarang sekali menghabiskan waktu bersama dengannya. Bahkan dia tidak pernah tidur satu kamar dengannya, Karna dia lebih sering menghabiskan waktunya bersama dengan istri keduanya di dalam kamar mereka.

Hingga suatu hari, zahra memutuskan untuk membicarakan hal ini kepada mama mertuanya, siapa tau dengan dia menceritakan kegundahan hatinya, mama mertuanya bisa mengerti. Namun sepertinya, justru zahra lah yang di persalahkan.

"Putraku berubah itu karna kamu sendiri. Karna kamu tidak bisa memberinya seorang anak! Jadi wajar jika dia lebih sering menghabiskan waktunya bersama dengan Hamzah, karna Hamzah lah yang akan memberi putraku keturunan, bukan seperti kamu, yang tidak becus menjadi seorang istri!!" ucap mama zayn yang mampu membuat hati zahra hancur kala itu. Ia tidak menduga, mama mertuanya justru lebih memilih membela putranya sendiri. Padahal sudah jelas jika putranya itu sudah tidak adil kepada istrinya.

"Coba saja kalau kamu berguna sebagai seorang istri. Pasti zayn tidak akan pernah berubah kepadamu," sambung mama zayn hingga membuat zahra menundukkan kepalanya. Lantaran ia tidak pernah menyangka jika perkataan mama mertuanya begitu sangat melukai persaannya sebagai seorang istri. Sungguh sakit rasanya di perlakukan seperti ini oleh suami dan juga mertuanya sendiri.

Ternyata tidak mudah, berpisah dengan orang tua dan mengabdi di rumah suami yang masih satu atap dengan orang tuanya.

"Tapi mah, setidaknya mas zayn harus bisa adil kepada istri-istrinya," jelas zahra berusaha menjelaskannya. Bahkan ia menahan rasa sesak di dadanya. Ia tidak ingin terlihat lemah di hadapan mama mertuanya. Ia tidak ingin di anggap cengeng karna menangis di hadapannya.

"Udah deh. Tugas kamu itu memasak di dapur, tidak perlu mencampuri urusan putra saya!" sahut mama zayn dengan begitu kesal sambil melangkahkan kakinya pergi meninggalkan dapur.

Tanpa sadar, air mata mengalir di kedua pipinya yang masih terbungkus dengan cadarnya. Ternyata, rasanya sesakit ini saat di rumah suami sendiri di perlakukan dengan cara tidak adil. Bahkan untuk sekedar menuntut perhatian dari suaminya saja itu tidak di perbolehkan.

"Umma, abi, zahra merindukan kalian....," lirih zahra menahan sesak di dadanya. Ia begitu merindukan kasih sayang dan juga kehangatan dari kluarganya.

Meskipun begitu, tidak ada niatan zahra ingin pulang kerumah keluarganya. Sesungguhnya ia tidak ingin mengecewakan kedua orang tuanya. Bahkan dia semdiri memilih tidak memberi kabar mengenai pernikahan kedua suaminya kepada kedua orang tuanya. Karna dia tidak ingin menyakiti perasaan kedua orang tuanya jika tau nasib tuan putri dari aligaza di perlakukan secara tidak adil di rumah suaminya sendiri.

Zahra memilih menghapus air matanya dengan cepat sebelum ada orang yang melihatnya, hingga dia pun memutuskan untuk melanjutkan masaknya yang sempat tertunda.

Saat zayn keluar kamar bersama dengan istri barunya, zahra segera menyiapkan makanan untuk mereka di meja makan.

"Sebaiknya kalian makan dulu," ucap zahra dengan lembut. Dia tidak ingin Hamzah merasa tidak nyaman di rumah ini. Karna itu, sebisa mungkin zahra bersikap baik-baik saja meskipun kenyataannya dia begitu rapuh.

Garis takdir Azahra (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang