29. Serve the Master

519 40 6
                                    

yg baca sampai ratusan, tapi yg vote gak nyampe 20 an. hadeuh 🤦‍♀️

𖥔 Happy reading 𖥔

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

𖥔 Happy reading 𖥔

••──── ⋆✦⋆ ────••

29. Serve the Master

"Oi, lama sekali," tegur Aarash karena merasa sarapannya tak kunjung jadi.

"Maaf, tadi aku—" Ucapan Zoia terpotong karena terkejut Aarash sudah berada di belakangnya.

"Daging? Aku tidak memakan makanan berat saat sarapan, b*tch!"

Zoia memejamkan mata saat Aarash kembali membentaknya. Tubuhnya pun gemetaran karena seumur hidup, ia belum pernah merasa setakut ini kepada seorang lelaki.

"Ini bukan makanan berat. Dagingnya hanya sebagai toping."

"Aku tidak ingin memakan daging apa pun saat pagi, Zoia Josepha," desis Aarash sambil mencengkram pinggul Zoia hingga suara ringisan terdengar.

"Aku tidak tahu—"

"Bahasamu!"

"Akh—iya. Saya tidak tahu bahwa Anda tidak suka makanan berat saat sarapan, bahkan hanya daging sekecil ini. Jika tidak salah, dulu Anda tidak mempermasalahkannya."

"Jangan membawa masa lalu. Memangnya manusia tidak berubah seiring waktu?"

"Maaf, Tuan, Anda tidak mengatakan menu apa saja yang ingin dimakan."

"Mau menyalahkanku? Kau sendiri yang tidak inisiatif bertanya. Bertanyalah jika tidak mengetahui apa pun tentang tuanmu. Jangan sok tahu."

"Maafkan saya, Tuan," ucap Zoia dengan bibir bergetar.

"Argh, kau sudah menghancurkan pagiku, b*tch. Lebih baik aku makan di luar saja. Kau tahu apa yang harus dilakukan ketika aku mandi, 'kan? Sekarang tinggalkan saja masakanmu itu. Cuih!"

Zoia semakin tidak bisa menahan tangisannya ketika Aarash berlagak seolah-olah sedang meludahi masakannya. Sakit sekali.

Sebelum Aarash pergi lebih jauh, Zoia pun segera menyusul karena harus bertanya apakah tuannya itu ingin mandi menggunakan air hangat atau tidak.

"Air biasa," jawab Aarash sambil membuka pakaiannya. Zoia sampai memalingkan wajahnya karena tidak berani melihat tubuh telanjang tuannya.

"Mulai besok, kau yang harus membuka pakaianku."

"Baik, Tuan."

"Kenapa pakaianku tidak diambil?" sinis Aarash sambil menunjuk pakaian yang teronggok di lantai menggunakan kode mata.

"O-Oh, iya." Zoia pun dengan cepat mengambil pakaian tersebut untuk dimasukkan ke dalam keranjang pakaian kotor yang syukurnya letaknya tidak sulit dicari.

PrisonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang