51. Mourning

241 20 0
                                    

𖥔 Happy reading 𖥔

••──── ⋆✦⋆ ────••

51. Mourning

Keesokan harinya, Allen dan Zoia saat ini sedang berada di acara pemakaman Meredith. Tidak banyak yang datang karena Meredith selama ini hidup sebatang kara jika Zoia tak ada.

Tapi selain Redd, Noir, dan Elias, keluarga Bronson pun turut hadir beserta Asisten Rumah Tangga yang dulu pernah menjadi rekan kerja Meredith.

Ketika semua pelayat sudah pulang, hanya tersisa Zoia, Allen, dan Ophelia di pemakaman umum.

"Ibu ...." Zoia menangis tersedu-sedu sambil memeluk nisan. Awalnya Zoia terlihat tenang ketika pemakaman berlangsung, namun ketika dirinya dan semua orang harus pergi, tangisan Zoia langsung pecah karena tidak mau meninggalkan Meredith sendirian di dalam tanah sana.

"Joy ...." Allen mengelus punggung Zoia membuat si empunya menatap.

"Aku ingin di sini, Allen." Zoia menjawab seperti itu karena tahu Allen berusaha mengajaknya pulang.

"Iya, akan kutemani. Keluarkan saja semua tangisanmu, Joy," jawab Allen yang tidak sesuai ekspetasi Zoia. Ia kira Allen akan memaksanya untuk pulang.

"Ya, aku juga akan menemanimu, Zoia." Ophelia yang duduk di hadapan Zoia bersuara.

Zoia melirik Allen dan Ophelia kemudian kembali menatap pusara Meredith dengan kondisi yang sedikit tenang sambil tangannya mengelus-elus nisan.

Allen dan Ophelia tahu bahwa Zoia sedang berkomunikasi dengan pusara Meredith, tapi mereka tidak bisa mendengar apa yang dikatakan Zoia karena sepertinya dikatakan hanya lewat hati.

"Ayo kita pulang," ucap Zoia ketika sudah menyampaikan sesuatu kepada pusara Meredith. Tentu saja Allen dan Ophelia terkejut ketika Zoia sudah terlihat tenang begitu cepat.

"Kau sudah menyampaikan segalanya pada Ibu?" tanya Allen disertai senyum menenangkan.

Zoia hanya mengangguk kemudian berdiri di susul Allen dan Ophelia. Zoia pun menggengam tangan Ophelia dan berjalan terlebih dahulu tanpa sadar bahwa Allen sebenarnya tertinggal di belakang sana.

"Terima kasih telah membesarkan Zoia dan terima kasih sudah mau menyerahkan Zoia padaku. Aku menyayangimu dan tidak akan mengecewakanmu, Ibu." Begitulah kata-kata terakhir Allen sebelum kembali menyusul Zoia dan Ophelia. Namun, langkahnya berhenti ketika ingat sesuatu.

Sebelum memakamkan Meredith di tempat pemakaman ini, Allen sempat membaca buku hariannya sehingga dirinya menyarankan agar Meredith dimakamkan di sini. Menurut buku harian, ada sebuah makam di antara pohon besar dan tembok benteng yang harus ia kunjungi. Pohon itu berdiri sendirian juga dengan makam yang berada di dekatnya.

Langkahnya mengikuti sesuai tulisannya di buku harian, dan sekarang ia berdiri tak jauh dari makam yang dimaksud. Jaraknya tak terlalu dekat juga tak terlalu jauh karena ia hanya ingin membaca nama seseorang yang tertulis di batu nisan.

Oh, ternyata ibunya bernama Nellie.

Perempuan yang sudah melahirkannya itu sudah meninggal beberapa tahun lalu, dan jika dihitung, mungkin saat itu dirinya berusia sekitar lima tahun.

"Allen."

Allen berjengit kaget ketika Zoia menepuk pundaknya. Sepertinya perempuan itu kembali menghampirinya yang sedari tadi terus menatap pusara seseorang begitu fokus.

"Aku sedari tadi memanggilmu."

Benar, 'kan? Allen begitu fokus sampai tak mendengar suara Zoia.

"Begitukah?" Allen pun melirik ke arah Ophelia yang berdiri di dekat gerbang. "Kalau begitu, ayo pulang."

PrisonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang