34. Cross the Line (18+)

1.8K 54 0
                                    

(gak bisa up foto terus 🥲)

𖥔 Happy reading 𖥔

••──── ⋆✦⋆ ────••

34. Cross the Line

Wajah Zoia sudah semerah kepiting rebus ketika Aarash hanya memandangi buah dadanya seolah sedang merekam benda itu agar terus teringat di ingatan. Tidak lama, Aarash memulai pergerakan dengan cara mencolek putingnya. Cabul!

Lelaki itu terkekeh rendah ketika puting besar kemerah mudaan itu semakin mengeras setelah disentuh oleh ujung jarinya. Menggemaskan sekali.

Tidak hanya satu kali, sekarang Aarash mencolek puting Zoia beberapa kali dengan gerakan yang cepat membuat si empunya menggeliat geli dan sakit karena buah dadanya sedang sensitif menjelang datang bulan.

"Ngh ... Allen ...." Dada Zoia semakin membusung indah seolah menggoda Aarash agar terus memainkannya.

"Ganti gaya bicaramu. Sekarang kau kembali menjadi budakku, bukan mantan kekasihku."

"B-Baik, Tuan."

"Yang ini belum mengeras," ucap Allen sambil mencolek puting susu Zoia yang sebelah kanan.

"Jangan dipermainkan seperti itu," rengek Zoia yang hanya dibalas senyuman miring oleh Aarash.

"Dia meresponku, Zoia," ucap Aarash melihat puting Zoia yang sudah mengeras dan mengacung sebagai respon sentuhan jarinya.

"S-Sudah ... cukup."

"Cukup? Oh, sekarang kau ingin dihisap, ya?" goda Aarash. "Baiklah."

Tubuh Zoia semakin menegang dan menggeliat hebat ketika Aarash mulai menjilat puncak dadanya. Hanya dengan dijilat rasanya sudah senikmat ini, bagaimana jika sampai dihisap, pikir Zoia.

Sambil menjulurkan lidahnya, Aarash tersenyum melihat Zoia yang seperti kesetanan. Suara napas perempuan itu begitu berat dan tak beraturan karena frustrasi, bahkan sekarang mulai tidak sadar menekan-nekan belakang kepala Aarash agar menghisap dadanya.

Hap!

Barulah sekarang Aarash menghisap buah dada itu dengan sangat liar. Sambil menghisap, Aarash juga menggerakkan kepalanya membuat sensasi tersendiri bagi Zoia.

Memalukan, hanya dihisap dadanya saja Zoia sudah ingin keluar. Cairannya bahkan sudah banyak yang duluan keluar mengotori sprei lelaki itu.

"Akh!" lolong Zoia namun berhasil dibungkam oleh tangannya sendiri. Ia tidak percaya bakal melolong sekencang ini karena berhasil mencapai klimaks pertamanya selama hidup.

Aarash menghentikan aksinya untuk melihat ekspresi wajah Zoia. Ia tersenyum meremehkan melihat mantan kekasihnya yang super sensitif.

Setelah gelombang orgasmenya surut, perasaan Zoia menjadi kacau sekarang. Bahkan tatapannya kosong karena terlalu syok dengan apa yang terjadi padanya.

Perasaan apa ini? Zoia susah menjelaskannya.

Sayangnya ketermenungan perempuan itu harus terhenti karena ia tersentak merasakan ada yang menyentuh kemaluannya.

"Aahh ... Tuan ...." Zoia berusaha menepis tangan Aarash yang hinggap di klitorisnya, namun tentu saja tenaganya kalah kuat. Justru sekarang ia rasanya ingin menangis karena kedua kakinya yang mengangkang berakhir bergetar karena sentuhan mematikan itu.

Tolong, ia tidak bisa menghentikan reaksi tubuhnya.

Sementara Aarash sendiri sekarang sedang merasa puas melihat pemandangan di hadapannya. Ia terpana melihat reaksi Zoia yang berlebihan menurutnya—atau memang setiap perempuan memang seperti ini? Entahlah, ia tak pernah tidur dengan perempuan lain. No comments.

PrisonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang