50. Last Words

260 24 0
                                    

𖥔 Happy reading 𖥔

••──── ⋆✦⋆ ────••

50. Last Words

Hari ini, pagi-pagi sekali, agenda Allen dan Zoia adalah melengkapi beberapa dokumen penting syarat pernikahan. Kemudian dilanjut dengan mengunjungi toko perhiasan di siang menjelang sore hari.

"Kau yakin tidak ingin membeli gaun apapun?" tanya Allen pada Zoia yang sekarang sedang berjalan di sampingnya setelah mereka keluar dari toko perhiasan.

"Tidak," jawab Zoia begitu mantap. "Aku sepertinya akan memakai dress sederhana saja."

Allen menghela napas kemudian mengecup punggung tangan Zoia yang sedari tadi bertautan dengan tangannya.

"Setelah situasi aman, aku berjanji akan merayakan pesta pernikahan kita, Joy. Kita buat pesta yang mewah dan megah."

"Untuk apa?"

Bahkan memikirkan tamunya saja, Zoia tidak terpikirkan untuk mengundang siapa pun. Mungkin jika dipaksakan mengundang orang-orang yang pernah berteman dengannya, itu masih bisa dihitung menggunakan jari-jari tangan dan kakinya.

"Aku ingin melihatmu mengenakan gaun pengantin."

Zoia refleks berhenti melangkah membuat Allen ikut berhenti juga. Dengan kebingungan, Allen melirik ke arah Zoia yang menatap lurus ke arah depan namun dengan ekspresi yang seperti menahan tangis.

"Ada apa?"

Huaa!

Bukannya menjawab, Zoia justru menangis kencang seperti anak kecil yang habis terjatuh dari sepeda. Ia terharu mengetahui bahwa Allen ternyata peka dan sangat memikirkan hal yang sangat berarti bagi kaum perempuan.

"J-Joy." Allen kelabakan sambil melirik sekitar dan mendapati publik sedang mengamati mereka berdua.

"Joy, maafkan aku jika—"

Belum saja Allen menyelesaikan ucapannya, Zoia sudah memeluknya dengan erat.

"Ada apa, Joy? Jangan membuatku takut."

"A-Aku senang," jawab Zoia terbata-bata.

"Senang? Senang karena apa? Pernikahan kita?" Menurut Allen, aneh sekali Zoia baru menangis haru sekarang.

"Ya, aku senang kau akan menikahiku. Aku senang bahwa kau yang ternyata berakhir menjadi suamiku."

Allen tersenyum kemudian mulai membalas pelukan Zoia tak kalah erat. Mereka menjadi perhatian publik sekarang karena berpelukan di trotoar.

"Pernikahan kita tidak boleh sampai gagal. Jadi, tolong tahan Aarash dan Asher agar tidak muncul," pinta Zoia.

"Bantu aku, ya. Bantu aku menghindari penyebab mereka muncul."

Zoia mengangguk antusias di dalam pelukan. Kemudian, ia mendongakkan kepala dengan sedikit melonggarkan pelukan hanya untuk mengecup bibir Allen yang terlihat ranum, sehat, dan menggoda iman.

Dunia benar-benar terasa milik berdua.

***

Setelah membeli perhiasan, mereka menyempatkan diri untuk makan siang yang kesorean. Zoia tetap kukuh tak membeli gaun karena ingin segera mengunjungi Meredith dan keluarga Bronson.

"Bagaimana keadaan Ibu sekarang, ya? Aku merasa bersalah karena sampai tak memberinya kabar bahwa sekarang kau ada bersamaku. Dia pasti mencarimu selama ini," ucap Allen merasa risau dan bersalah.

PrisonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang