[LOEN #1 | Allen & Zoia]
Sang mantan kekasih tiba-tiba datang dan merebut kebebasan membuat dirinya dituduh selingkuh oleh calon suaminya sendiri.
Setelah lama menjadi tahanan lelaki gila itu, ia menyadari bahwa lelaki yang dulu sempat dicintainya t...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𖥔 Happy reading 𖥔
✦••──── ୨⋆✦⋆୧ ────••✦
56. Chaotic
"Hanya itu yang kutahu tentang orang tuaku, Joy. Redd tidak ingin menceritakan lebih banyak," ucap Allen masih membahas masa lalunya.
Redd hanya menceritakan hubungan Aslan dengan Nellie, bukan hubungan Allen dengan orang tuanya. Redd hanya memberitahu bahwa kedua orang tua Allen adalah salah satu alasan hidup Allen menjadi begini, tidak sampai menceritakannya secara detail.
Jika diceritakan lengkap, sebenarnya Allen dari dulu hidup dalam ketakutan dan kegelisahan. Setelah ibunya meninggal, ia pun tinggal bersama ayahnya yang sudah menikah dengan Carter tapi keduanya tak tinggal bersama karena keluarga besar tidak menerima menantu bukan dari keturunan darah biru.
Bukannya merasa aman tinggal bersama seorang ayah, justru ayahnya itu lebih tidak waras daripada ibunya yang jelas-jelas sakit jiwa. Selain sulit sekali mendapatkan perhatian dari Aslan, teman-teman dan lingkungan Aslan juga mempengaruhinya.
Hidup Allen tidak jauh dari dijadikan sandra oleh orang-orang yang membenci ayahnya sehingga pengalaman menjadi budak bukan hal yang aneh lagi baginya.
"Baguslah. Kau hanya harus fokus pada masa depan. Pada diriku." Zoia mengedipkan sebelah matanya mencoba flirting agar suasana tidak terlalu tegang.
"Hahaha! Benar sekali." Allen pun mengecup seluruh bagian wajah Zoia dengan gemas.
"Tidak seharusnya aku mencoba mengingat masa lalu yang menyakitkan. Maafkan aku, Joy, aku sempat tidak memikirkanmu karena sudah mencari tahu tentang kisah orang tuaku. Aku tidak memikirkan efek yang akan menyerang ketika mendengar faktanya."
Zoia menggeleng. "Itu hal yang normal bagi seorang anak kepada orang tuanya. Terkadang aku pun penasaran tentang orang tua kandungku. Padahal jika aku mengetahui kebenarannya, mungkin aku juga akan merasa sakit. Kita sama-sama bodoh."
Allen tersenyum sambil mengeratkan genggamannya di tangan Zoia.
"Terima kasih, Joy."
"Untuk apa?"
"Untuk segalanya."
Entahlah. Allen hanya ingin berterima kasih karena Zoia sudah hadir dalam hidupnya.
Sebagai respon, Zoia pun hanya tersenyum kemudian mengecup bibir Allen.
Setelahnya, Zoia menangkup sebelah pipi suaminya. Tidak lupa ibu jarinya bergerak mengelus-elus. "Suamiku, mulai sekarang kita berdua jangan melihat masa lalu yang sama-sama menyedihkan, ya. Kita fokus saja untuk membahagian diri di masa kini dan mendatang."
"Tentu. Maafkan kekhilafanku, Joy. Aku egois karena tidak memikirkanmu. Aku merasa masih sendiri, padahal aku sudah menikah." Allen mencium lama tangan Zoia yang tadi hinggap di pipinya.