46. They are Me

259 25 1
                                    

Guys, mulai sekarang aku bakal rajin update. jadwalnya mungkin 2 hari 1x.
Tapi aku minta kalian tetep ramein alias ingetin aku agar update karena cerita ini sudah tamat jadi aku lupa untuk update di Wattpad.

𖥔 Happy reading 𖥔

••──── ⋆✦⋆ ────••

46. They are Me

"Allen, sebenarnya kau siapa?" tanya Zoia yang tidak bisa dijawab oleh Allen. Lelaki itu tidak fokus pada pertanyaan Zoia karena fokusnya teralihkan pada penampilan Zoia yang kacau.

Mata sembab habis menangis, jalan pincang, ada luka di sudut bibir, dan beberapa luka lebam yang membiru di beberapa bagian tubuh yang terekspos. Ditambah, Zoia memakai lingerie yang semakin membuat mata Allen menatap tajam.

"Apakah kau memiliki kembaran? Asher dan Aarash, kalian memiliki fisik yang sama persis, tapi sikap kalian sangat berbeda jauh."

"..."

"Aku yakin, lelaki di hadapanku ini adalah Allen mantan kekasihku. Allen yang sangat kucintai." Zoia berjalan tertatih untuk mendekati Allen. Ia kesal karena sedari tadi pertanyaannya diabaikan, dan juga bingung melihat raut wajah lelaki itu yang menunjukan kesedihan, kekhawatiran, ketakutan, dan kepanikan.

"Kakimu kenapa?" tanya Allen pada akhirnya bersuara.

Mata Allen yang awalnya memperhatikan kaki Zoia, sekarang mengamati wajah Zoia yang terdapat beberapa luka.

"Ini juga kenapa? Siapa yang melakukan hal ini?" Allen tanpa sadar menangkup sebelah pipi Zoia.

"Kau."

Jawaban Zoia tidak salah, bukan? Walau tahu Allen tidak akan ingat karena memang bukan lelaki itu yang nelakukannya, Zoia hanya bisa menjawab seperti itu karena yang ia tahu selama ini bahwa Aarash adalah Allen.

"Aku?" Allen melotot kaget karena ketakutannya terjadi, yaitu Zoia bertemu Aarash. Ia tahu yang dimaksud Zoia adalah Aarash karena hanya kepribadiannya satu itu yang selalu mengaku sebagai dirinya. Tidak seperti Asher dan Atlas yang selalu memperkenalkan namanya masing-masing.

"Kita harus ke rumah sakit," ajak Allen sambil berancang-ancang untuk membopong Zoia.

"T-Tapi ini sudah dini hari!" pekik Zoia karena kaget dirinya sudah berada di gendongan sang mantan kekasih. Refleks, ia merangkul leher lelaki itu.

"Aku harus bertanggung jawab."

"Kalau mau bertanggung jawab, kenapa tidak dari dua bulan yang lalu?" balas Zoia dengan suara bergetar karena menahan tangis.

"Dua bulan yang lalu?"

"Kita sudah dua bulan tinggal bersama dengan aku sebagai budakmu."

"Kau sudah dua bulan menjadi budakku?"

Zoia mengangguk.

"Bagaimana bisa?"

"Apakah aku harus bercerita dengan posisi seperti ini?" Kali ini giliran Zoia yang menangkup sebelah pipi Allen.

"Oh, kalau begitu kita obati dulu lukamu." Allen mulai melangkah keluar kamar.

"Ke klinik saja." Zoia menyandarkan kepalanya di dada Allen.

"Iya."

***

Di sebuah klink yang buka 24 jam, Allen memperhatikan penjelasan dokter dengan serius, padahal Zoia—sang pasien—fokus memperhatikan Allen.

PrisonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang