24. Be Happy

394 29 10
                                    

aku geregetan mau up tiap hari, tapi gak bisa guys 😭
btw jangan lupa vote dan komennya yaw.

aku geregetan mau up tiap hari, tapi gak bisa guys 😭btw jangan lupa vote dan komennya yaw

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

𖥔 Happy reading 𖥔

••──── ⋆✦⋆ ────••

24. Be Happy

"Aku izin ke toilet," ucap Allen yang diangguki teman-temannya. Sebenarnya ia berniat ke toilet bukan untuk buang air, tapi hanya untuk mengatur perasaannya yang kacau di tempat sepi dan sunyi.

Melihat Roan dan Zoia bersama berhasil membuat perasaannya campur aduk. Marah, cemburu, malu, dan sakit hati ketika melihat interaksi dan perlakuan mereka terhadapnya.

"Sepertinya di sini hanya aku yang membutuhkanmu, Joy. Kau tidak membutuhkanku," monolog Allen sambil meremas dada kirinya yang sesak.

Niatnya untuk merebut Zoia dari Roan seketika menguap ketika mendapati berita pertunangan mereka. Ia juga sadar diri dengan kondisinya saat ini yang tidak memungkinkan untuk menjalin hubungan.

Beberapa kali ia mengatur napasnya untuk meredam emosi negatif walau obat yang dikonsumsinya sudah bekerja dan sedikit membantu. Dan ia sekarang merutuki kebodohannya sendiri yang nekat menemui Zoia, padahal ia tahu dirinya sendiri yang akan tersiksa.

Bodoh sekali kau, Allen.

Sementara di ballroom, Zoia saat ini sedang celingukan mencari keberadaan seseorang yang tak kunjung kembali. Sudah dua puluh menit Allen pergi, tetapi lelaki itu belum kembali sampai sekarang.

"Roan, aku ingin ke toilet," izin Zoia kepada kekasihnya yang sedang asyik menonton aksi permainan yang diadakan di acara reuni.

"Aku antar."

"Tidak usah. Aku tidak akan lama." Zoia bergerak gelisah agar Roan percaya bahwa dirinya memang tidak bisa menahan kencingnya lebih lama lagi.

Setelah mendapat anggukan dari Roan, Zoia segera berjalan cepat keluar dari ruangan. Belum saja sampai di restroom, ia sudah menemukan keberadaan Allen yang akan memasuki sebuah lift.

"A—" Zoia merutuki dirinya sendiri yang ragu-ragu untuk memanggil dan menghampiri Allen.

"Allen!"

Seketika lelaki yang dipanggil namanya menahan pintu lift agar tetap terbuka sehingga Zoia bisa masuk ke dalam lift.

"Joy—maksudku Zoia."

"Tidak apa. Panggil aku Joy saja," ucap Zoia sambil mengatur napasnya.

"Kau ingin ke mana?" tanya Allen.

Dirasa napasnya sudah mulai teratur, Zoia menegakkan tubuh kemudian menghadapkan diri ke arah Allen.

"Kenapa tidak kembali ke acara? Kau juga tidak berpamitan kepada kami."

PrisonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang