45. Anger

371 28 1
                                    

cerita ini udah tamat di KK dan NBJ ya, tinggal menunggu Epilog.

𖥔 Happy reading 𖥔

••──── ⋆✦⋆ ────••

45. Anger

Seperti biasa, kegiatan Zoia hari ini adalah membersihkan rumah dibantu Noir dan Redd untuk pekerjaan yang sedikit menyulitkan seorang perempuan.

"Oh, kau mengagetkanku saja," ucap Zoia sambil memegangi dadanya.

Saat ini ia sedang membersihkan perpustakaan pribadi Aarash. Namun, tiba-tiba Noir masuk ke dalam perpustakaan sambil membawa beberapa buku. Tujuan lelaki itu datang ke perpustakaan adalah untuk menyimpan buku-buku yang ditemukannya di ruang kerja Aarash.

Setelah menyimpan buku-buku pada tempatnya, Noir menghampiri Zoia untuk memberikan sebuah buku.

"Buku bahasa isyarat?" Zoia membolak-balikkan buku itu agar tak salah menilai bahwa buku tersebut memang buku untuk belajar bahasa isyarat, dan Noir menjawab pertanyaan Zoia dengan anggukan kepala.

"Agar memudahkan kita berinteraksi."

Zoia pun tersenyum dan mengangguk sebagai respon perkataan Noir yang tertulis di ponsel. Sebenarnya Noir sebelumnya pernah memberikan kamus bahasa isyarat padanya, namun kali kali ini bukunya lebih tebal dan lengkap isinya.

"Aku akan belajar."

Zoia senang karena tandanya Noir menerimanya sebagai teman. Namun di situlah dimulai petaka karena mereka melupakan di setiap sudut rumah terdapat kamera pengawas. Bahkan hingga kamar dan kamar mandi Zoia pun terdapat kamera pengawas agar Aarash lebih mudah mengawasi.

Zoia dan Noir benar-benar tidak ingat mereka berdua sedang diawasi oleh lelaki yang sekarang sedang menatap monitor dengan tatapan membunuh.

Ya, jam makan siang di tempat pekerjaannya Aarash sempatkan untuk memeriksa rekaman kemera pengawas di rumahnya. Seketika rahangnya mengetat setelah melihat rekaman interaksi Zoia dan Noir di perpustakaan pribadinya.

Perempuan itu tersenyum. Perempuan itu memberikan senyuman kepada lelaki selain dirinya.

"Dasar jalang."

Bugh!

Aarash memukul meja kerjanya karena kesal.

"Lihat saja nanti hukumanmu, Zoia Josepha."

Sebenarnya bisa saja Aarash pergi menemui Zoia karena sekarang adalah jam istirahat, namun ia lebih memilih menghukum Zoia setelah pulang bekerja agar lebih leluasa.

***

"Anda sudah pulang, Tuan," sapa Zoia begitu ramahnya dengan mata yang ikut tersenyum. Perempuan itu terlihat berbinar karena suasana hatinya sedang bagus.

"A-Ada apa?" Zoia berubah panik setelah melihat Aarash hanya berdiri di ambang pintu dengan raut wajah yang menakutkan. Sungguh, saat ini Zoia sangat ketakutan hingga kakinya dibuat gemetaran.

Ia yang tadinya ingin menghampiri Aarash untuk menyambut kepulangan, ia urungkan sehingga lelaki itu yang sekarang menghampiri dengan langkah kaki yang lebar.

Grep!

"Sekalinya murahan, tetap murahan! Aku beruntung sampai sekarang tidak pernah mempercayai pernyataan cintamu!"

Zoia hanya bisa mengap-mengap karena Aarash mencekiknya. Tidak hanya itu, lelaki itu juga membanting tubuhnya ke dinding cukup kencang.

Selanjutnya, Aarash menarik paksa tangan Zoia untuk membawanya ke suatu ruangan. Karena langkah kaki Aarash yang lebar, Zoia jadi tidak bisa mengimbangi sehingga sekarang perempuan itu berakhir terjatuh di lantai.

PrisonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang