42. I'm Allen

368 25 0
                                    

maaf ya malam kemarin aku gak update karena ketiduran. kasihan kalian harus berhadapan dengan author yang kerjanya ketiduran mulu 😭
btw, aku juga mau ngasih tau kalo Allen ternyata muncul di bab 45. kemarin alu malah jawab di bab sekarang Allen muncul. hehehe gomen gomen 🙏😁

𖥔 Happy reading 𖥔

••──── ⋆✦⋆ ────••

42. I'm Allen

Aarash merasa perasaannya mendadak aneh setiap melihat Zoia. Terutama ketika melihat lekuk tubuh perempuan itu yang menurutnya seksi dan menggairahkan.

Kenapa? Padahal tubuh perempuan itu sama seperti tubuh perempuan lainnya. Hanya yang membedakannya adalah ukuran Zoia yang lebih besar, menarik, dan lebih indah.

Kembali lagi pada situasi Aarash yang kali ini sedang memperhatikan Zoia berbaring membelakanginya—atau lebih tepatnya berpura-pura tidur karena Aarash bisa tahu dari pergerakan napas yang tidak teratur.

Dengan perlahan, ia berjalan dan mulai mendekati Zoia di atas ranjang. Detak jantungnya rasanya semakin berdebar kala tubuhnya mendekati Zoia hingga sekarang kulit dan kulit bersentuhan.

Sialan kau, Zoia! Hanya kau yang berhasil membuatku seperti ini.

Aarash membatin sambil mencumbu lengan Zoia yang terekspos. Sambil mencumbu, ia pun menghirup aroma tubuh alami Zoia yang memabukkannya.

Perempuan itu tidak memakai parfum, tidak juga mandi sebelum tidur, tapi kenapa perempuan nakal itu berhasil menggoda sisi jantannya yang sebelumnya tak pernah bangun?

Aarash menghentikan kegiatannya untuk melihat reaksi Zoia. Perempuan itu begitu gigih berpura-pura tidur walau tadi sempat menegang karena perutnya ia sentuh.

Tak sadar Aarash terkekeh geli dan sedikit kesal akan tingkah laku Zoia. Dengan menahan napas guna mengelabui, ia memajukan wajahnya untuk melihat wajah perempuan itu.

Tidak lama, perempuan itu membuka kelopak matanya perlahan kemudian bola matanya melirik ke arahnya.

"Haaah!"

Bugh!

Refleks, Zoia memukul wajah Aarash karena takut dan kaget.

"Sialan kau, Zoia," geram Aarash sambil mencekram kedua tangan Zoia yang tidak bisa diam.

Mendengar suaranya, perempuan itu perlahan membuka matanya kemudan terlihat lega dari ekspresi wajahnya.

"Mengagetkanku saja. A-Apa yang kau lakukan di sini?" Zoia merasa gugup karena tidak tahu sekarang ia berhadapan dengan siapa. Allen, Aarash, atau Asher?

"Apakah sang tuan harus memiliki alasan ketika mengunjungi kamar budaknya?"

Baiklah, Zoia bisa menebak bahwa yang berada di hadapannya—lebih tepatnya berada di atas tubuhnya dengan posisi mengukung—adalah Aarash.

"Kenapa kau belum tidur?"

Zoia tidak menjawab. Ia memilih mengalihkan tatapannya ke arah lain.

"Apakah kau masih memikirkan ucapan Asher?" tanya Aarash tepat sasaran membuat Zoia membelalakkan matanya.

"Dari mana kau tahu?"

"Asher sendiri yang melapor padaku bahwa dia baru saja mengerjai budak baruku."

"A-Apa?" Kepala Zoia semakin pusing sekarang.

"Tidurlah. Dia hanya mengerjaimu."

Penglihatan Zoia menggelap karena telapak tangan Aarash menghalangi kedua matanya. Dengan segera, ia pun menyingkirkan tangan itu kemudian menatap si empunya dengan tatapan tajam.

PrisonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang