KEBERSAMAAN

441 40 0
                                    

     "Gue liat sekarang lo udah mulai cinta ya sama Gibran? " Tanya Naura yang menyadari perubahan sikap Adara ke Gibran yang kini berubah menjadi manja

"Ya gitu lah nau, cinta ga ada yang tau" Jelas nya, hanya dibalas oh ria oleh sahabatnya

"Gue ikut bahagia lah ra" Ucap Jeni

"Kita juga" Ucap mereka kompak, saling memberi dukungan adalah kunci dari pertemanan mereka dan saling memahami

"Thanks ya kalian udah selalu suport gue" Ujar Adara dengan mata berbinar binar

"Sans kali ra kita kan udah anggap sodara" Balas Naura sembari mengelus punggung Adara

"Yo kan juga bakal jadi kakak ipar Adara Nau" Ucap Vio

"Lo juga bakal jadi sodara Adara, kan Irsyad sodara Adara" Vio hanya cengengesan, ucapannya barusan membuat Vio juga berfikir

"Udah-udah kasian nih gue jomblo. Ga liat lo pada ee. " Ucapan Jeni mengundang banyak tawa dari teman teman nya

Kini anak anak geng motor Adara sedang berkumpul atau bisa disebut reunian.

TING

Notif muncul dari hp milik Adara, menandakan bahwa ada yang mengirim pesan. Tak menunggu penasaran Adara langsung membuka hp dan Memencet logo WhatsApp. Kini tertera nama Gibran

               Gibran🤍

"Sayang kamu dimana? "

"Kok ga bales wa aku sih"

"Kamu lagi main ya sama cowok lain
Awas  aja kamu siap siap nanti"

"Sayanngg"

"Bales dong ayy"
 
                                                  "Eh maaf gih aku baru buka WA "

                                                 "Oh ya lupa, aku mau kabarin                       
                                                   kalau aku lagi reuni" 

                                            

                                                   "GPP kan? Nanti pulangnya gak           
                                                     malem malem bgt kok"

"Yaudah nanti pulang kabarin aku"

"Kalo ngak tau kan"

                    .                                  "Iyaa"

Balasan Adara singkat, kemudian melanjutkan ngobrol bareng geng nya itu.

Waktu terus berlalu, kini mereka yang tengah asik pun satu persatu meninggalkan markas karena acara sudah selesai.

"Gue duluan Nau VI" Ucap Adara

"Hati hati seng" Balas Vio

"Okeee"

~••~

Minggu yang cerah, matahari bersinar menghangatkan badan gadis yang belum bangun dari tidurnya siapa lagi kalau bukan ADARA.

Rasya mapun Salma tak membangun kan karena tau Adara semalam baru pulang larut sehingga tak tega membangunkan dan membiarkan kapan saja dia bangun.

"Udah bunda cek yah tapi masih tidur" Ucap Salma menuruni anak tangga sehabis dari kamar Adara menuju meja makan

"Yaudah kasihan juga kalo di bangunin" Imbuh Fatir

"Gapapa nih kita tinggal, nanti cemberut lagi tu bocil" Ucap Rasya yang tau betul sifat adiknya 

"Gpp nanti ayah yang bujuk" Jawabnya kemudia mengambil makanan yang telah salma siapkan, tak ada obrolan apapun di meja makan kecuali suara sendok dan piring yang saling beradu.

~••~

"Euhhhhh" Adara yang habis bangun pun tergersa gesa untuk mandi, karena hari ini dia ada janji bersama tunangan nya itu untuk jalan jalan

"Gue harus buru buru nih keburu dia datang" Namun saaa hendak beranjak ke kamar mandi pintu kamar nya ada yang mengetok nya, membuat aktivitas Adara berhenti sejenak

"Eh Gibran hehe" Adara membuka pintu kamar, namun tak disangka yang mengetuk ialah Gibran, Adara yang hanya cengengesan dan menggaruk tenguk leher yang tak gatal pun mengundang senyum Gibran alih karena tingkah Adara

"Udah kamu mandi, aku tunggu di bawah oke" Ucapnya sembari mengelus pucuk rambut Adara

"Oke bentar ya"

"Iya sana gih"

Adara pun langsung pergi ke kamar mandi dan ingin segera menyelesaikan ritual mandi nya .

Beberapa menit kemudian Adara sudah selesai dan sekarang tengah berjalan menuruni anak tangga guna menghampiri Gibran yang tengah menunggu sedari tadi.

"Maaf Gib lama. " Ucapnya merasa bersalah

"Gpp sayang, yaudah berangkat yok" Ajak Gibran, saat Gibran ingin menarik tangan Adara dengan cepat Adara menghindar.

"Ada apa sayang hmm? " Tanya Gibran merasa heran pada Adara

"Kok rumah sepi? " Tanyannya sembari melihat sekeliling rumah nya yang tampak sepi

"Mereka lagi keluar semua sekarang giliran kita yang keluar juga yok" Imbuhnya dengan senyum tak pernah tertinggal

"Yaudah yok"

~••~

Berjalan-jalan berdua adalah pilihan terbaik untuk sepasang kekasih itu. Meninggalkan kerusuhan yang terjadi di otak masing masing.

"Kita mau kemana ?" Tanya Gadis cantik yang duduk disebelah Gibran. Tangan keduanya senantiasa saling menggenggam.

Gibran menatap sejenak kearah wanita cantiknya itu. "Ketempat yang pastinya kamu sukai," Ujarnya kemudian mengecvp pergelangan tangan Adara yang ia genggam.

Tersenyum lebar lantas Arara mengangguk senang.  Sepanjang perjalanan. Lalu lalang kendaraan terlihat memadati jalanan. Bangunan-bangunan Tinggi berdiri kokoh disepanjang jalan.

Hingga Mobil Ferrari yang ditumpangi keduanya berhenti tepat didepan sebuah restoran mewah. Kedatangan mereka sontak disambut hangat oleh beberapa pelayan yang ada di sana. Bahkan bisa dibilang, mereka berdua adalah tamu penting ditempat itu.

Gibran terlebih dulu keluar dari mobil, setelahnya membukakan pintu untuk sang pujaan hatinya. Setelahnya, seorang pelayan maju kemudian menyerahkan sebuket bunga padanya. "Bunga yang cantik untuk wanita yang cantik," Pujinya menyerahkan buket bunga itu pada Adara.

Tentu saja Adara menerimanya. "Makasihh," Balasnya tersenyum manis.

Sesudahnya, Keduanya Pun berjalan masuk. Saat didalam restoran. Adara menatap kagum pada suasana Didalamnya. "Aku menyewa restoran ini untukmu sayang," Adara tersenyum dengan kedua mata yang berembun.

Ia tak bisa lagi menyembunyikan rasa harunya. Dipeluknya erat tubuh kekasih nya itu. "Makasihh gib," Lirihnya menangis did4d4 bidang Gibran.

Gibran melepas pelukannya. Mendaratkam sebuah C1um4n di dahi kekasihnya itu, Cukup lama. "Kau adalah segalanya dalam hidupku sayang. Dan aku akan lakukan apapun untuk membuatmu bahagia." Kalimat itu begitu menyentuh bagi Adara. Ia begitu beruntung mendapat lelaki sebaik Gibran. Lelaki yang dapat merebut hatinya dari pertama kali ia melihatnya.

Kini mereka berdua larut dalam kebahagiaan yang jelas sekali terpapar di wajah mereka.

                         

SANG MATAHARI   [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang