Gibran berlari secepat kilat menuju istrinya yang sudah terkapar di atas lantai.
"Ra! Adara, apa yang kamu lakukan!?" bentak Gibran mulai menangis dengan keras seraya memangku kepala istrinya itu.
"Kenapa kamu melukai dirimu sendiri, sayang!" Gibran memeluk Adara yang mengeluarkan banyak darah dari perutnya.
Tangan Adara terangkat lalu menyeka lembut air mata Gibran yang terus mengalir dengan sangat deras.
Kemudian ... tangan Adara terjatuh bersama dengan matanya yang terpejam membuat Gibran langsung berteriak histeris.
"ADARA!!!!!!!"
Gibran langsung terbangun dengan tubuhnya yang dipenuhi oleh keringat dingin. "Hah ...."
Nafas Gibran tersengal-sengal, ia hampir mati serangan jantung karena mimpi itu.
Pandangan Gibran langsung mengarah pada Adara yang sedang tertidur di sampingnya. Gibran menghela nafas lega karena ternyata kejadian itu hanyalah sebuah mimpi.
Walau mimpi Gibran benar-benar khawatir dengan istrinya yang sedang hamil itu. Sepertinya setelah mimpi yang ia alami itu, ia akan semakin ektra menjaga Adara.
Gibran yang sudah terlanjur terbangun itu memutuskan untuk beranjak dari atas tempat tidurnya, kemudian berjalan kearah balkon dengan hanya menggunakan boxer saja.
Yeah ... semenjak menikah, pria berusia 27 tahun itu sudah terbiasa tertidur dengan hanya menggunakan boxer saja, menampakkan bentuk tubuhnya yang berisi dan otot-ototnya yang sixpack.
Di balkon.
Gibran mengambil rokoknya di atas meja, kemudian menyesapnya dengan segera. Karena kejadian tadi membuatnya sedikit depresi, ia ingin melampiaskan depresinya itu pada rokok yang sudah menjadi obat penenangnya sejak dulu.
Sudah 2 jam berlalu, Gibran masih setia berada di balkon kamarnya, dengan asap rokok yang mengepul dimana-mana.
Tanpa disadari oleh Gibran sendiri, asap yang dibuatnya itu menerobos masuk ke dalam cela-cela jendela kamar yang membuat wanita hamil yang sedang tertidur pulas di atas tempat tidur itu mulai terusik dengan asap tersebut.
"Uhuk ... uhuk ...." Adara terbatuk-batuk membuat Gibran yang berada di balkon dapat mendengarnya.
Dengan cepat Gibran langsung mematikan rokoknya dan masuk ke dalam kamar dengan segera. Di hampiri nya istrinya itu yang masih terbatuk-batuk.
"Aku lupa kalau sekarang aku tinggal bersama ibu hamil!" ujar Gibran seraya menggendong tubuh Adara ala bridal style.
Adara sontak mengalungkan tangannya di leher suaminya itu dengan mata tajam yang mengarah ke wajah suaminya. "Kamu merokok lagi?"
Gibran mengangguk seraya tersenyum, kemudian membawa istrinya itu masuk ke kamar sebelah, karena kamar yang di tempatinya tadi sudah di penuhi asap rokok.
Di rebahkannya tubuh Adara di atas tempat tidur, kemudian ia ikut berbaring di samping istrinya itu.
"Kamu kan tahu kalau aku ini sedang hamil, kamu harus belajar mulai dari sekarang untuk berhenti merokok! Ingat ... Kamu itu calon ayah.harus menjadi contoh yang baik-baik untuk anak-anak kita nanti," ujar Adara.
Gibran hanya bisa mengangguk dan pasrah mendengar nasehat dari istrinya. Seraya berpelukan dengan erat, Gibran dan Adara pun kembali tertidur dengan sangat pulas.
....
Beberapa bulan pun berlalu. Semenjak Gibran memimpikan kejadian itu, ia semakin posesif terhadap istrinya itu. Ia tak pernah membiarkan Adara bekerja dan melakukan aktifitas yang dapat mengancam keselamatan Adara dan juga calon bayinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SANG MATAHARI [END]
RomancePerjalanan cinta sepasang kekasih yang ingin bahagia, namun banyak rintangan yang harus mereka alami untuk menuju cinta abadi. "Gue bakal perjuangin lo ra" ~GIBRAN PUTRA PRADANA~ "Mungkin matahari itu tidak akan bersinar pada waktunya" ~ALETTA KENZ...