CEMBURU BUTA

386 38 0
                                    

Adara dan Gibran kini berada dalam mobil milik Gibran dan berniat membawa gadis itu pulang, karena jalan jalan yang cukup lama, membuat gadis itu nampak kelelahan

"Cewek siapa sihh ini cantik banget," Sembari mengecup pipi Adara, Gibran memeluk wanitanya itu dari samping.

"Ceweknya eunwoo lah," Cetusnya enteng.

Gibran yang mendengar itu sontak tak terima. Ia langsung melepas pelukannya pada pinggang Adara itu lalu memandang kearahnya tajam.

Seakan sudah tau respon yang akan diberikan itu. Adara memasang wajah biasa-biasa saja. Ia ingin melihat sejauh mana sikap cemburuan dan posesif tunangannya itu padanya.

"Oh gitu. Yaudah sana gihh terbang ke Korea. Cari Oppa oppa kamu itu. Tinggalin aja aku disini!" Ketusnya. Pria itu langsung melempar tubuhnya bersandar ke belakang jog mobil, dan menatap arah depan.

Tak bisa lagi menahan senyumnya. Segera mungkin Adara kemudian ia memeluk tubuh tunangannya itu dari samping.

Beberapa kali Gibran melepaskan lingkaran tangan Adara pada tubuhnya.

"Kenapa meluk meluk?! Udah sana pergi ke Korea. Oppamu udah nunggu!" Sengaja Gibran menekan kata diakhir kalimatnya.

Dan lagi dan lagi Adara hanya cekikikan dibuatnya. Sebuah kecupan dari Adara yang berikan di pipi Gibran. Tapi untuk kali ini tak ada respon dari pria itu.

Kembali ia mengecup pipi pria itu untuk kedua kalinya. Dan kini pria itu menatapnya, membalas tatapan teduh Adara  dengan tatapan tajamnya.

"Jangan marah dong, aku kan cuma bercanda. Gibran yang paling ganteng, Maafin yaaa," Ekspresi yang Adara tunjukkan begitu menggemaskan.

"Sesuai perkiraan, aku libur setengah bulan atau dua minggu. Ujar nya

𝘉𝘳𝘶𝘬!

"Ah maaf sayang! Aku tidak sengaja!" Gibran meminta maaf karena ia tidak sengaja menabrak seseorang.

Terlihat seorang cowok yang tingginya hampir setara dengan Gibran namun tinggi beberapa centi saja.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Gibran

"I–iya baik-baik saja kok,"

"Kamu

"Aku Adara.! "

"Ah, iya ... nama ku Sena," senyumnya.

Saat Adara ingin berbicara tiba-tiba seseorang melepaskan tangan Adara dari sena dengan kasar, dia juga menarik Adara ke dekapannya.

Adara membulatkan mata ternyata Gibran, pria ini memberikan tatapan tajam pada sena.

"Jangan pernah menyentuh apa pun milikku!"

Sena ketakutan sambil memundurkan langkahnya, semua orang juga terkejut  melihat pesona akan ketampanan Gibran serta penampilan yang sangat semua kaum wanita terpikat.

Sena pun pergi meninggalkan keduanya, Gibran melepaskan pelukannya kemudian menatap Adara.

"Sekarang giliran kamu, ikut aku!" Gibran menarik tangan Adara dengan kasar.

"Aww, sakit!"

Gibran membuka pintu mobil dan memasukan Adara ke dalam setelah itu ia tutup pintunya kembali, Gibran berjalan cepat menuju tempat sebelah Adara kemudian melajukan mobil.

𝘊𝘐𝘐𝘛!

Gibran memberhentikan mobil secara tiba-tiba, untungnya Adara bisa menahan diri agar tidak terbentur pada dasbor.

"Apa maksud kamu dekat-dekat dengan lelaki bujangan tadi?!" tatapan yang begitu tajam.

Adara hanya melirik sekilas lalu menunduk, tatapan Gibran begitu menakutkan seakan-akan ingin membunuh orang dalam sekali tindakan.

"I–itu ... ha–hanya tidak sengaja,"

"Lalu kenapa kamu tidak berinisiatif menjauh atau melepaskan tangan kamu darinya?!"

Adara terdiam.

Gibran mencekal tangan Adara kuat sampai Adara merintih sakit.

"Apakah jika di pegang oleh lawan jenis kamu akan diam saja?!"

"Ti–tidak,"

Adara menggelengkan kepalanya menahan sakit.

"Lalu kenapa kamu tidak menepis tangan kotornya yang menyentuh kamu?!" Gibran sudah tidak bisa menahan emosinya.

Adara terus menunduk menahan tangisan, apakah Gibran seperti ini jika cemburu? Sepertinya ini bukan cemburu melainkan ingin menghabisi nyawa orang.

"Kenapa diam saja?! Jawab semua pertanyaan aku!!"

Tetap di posisi yang sama, Adara tidak berani mendongak menatap mata pemburu Gibrn. Jika ia menatapnya rasanya ia sudah kehilangan nyawa.

Gibran menarik dagu Adara agar bisa menatap mata Adara.

"Aku cemburu ALLETA KENZIA NADARA! "

"Maaf," lirih Adara.

"Apakah dengan cara seperti ini kamu akan mendengarkan perkataan aku?!"

Adara terdiam diri di mobil.

"Maaf, ra. Aku kelepasan, aku tidak bermaksud menyakiti kamu sayang,,,,,"

Akhirnya Adara menangis dengan suara.

"Maafin aku, akuu mohon jangan nangis sayang,,,," Gibrann mengusap pipi Adara dan mengusap air mata, tapi Adara tetap menangis hingga Gibran merasa bersalah.

"Aku hanya tidak suka kamu dekat dengan orang lain selain aku, aku akui kalau cemburu tapi aku benar-benar tidak bermaksud melukai kamu ra. Maafin aku," lembut Gibran.

"Jangan nangis, aku akan melakukan apa pun sebagai permintaan maaf. Aku mohon ra jangan nangis," Gibran terus menyeka air mata Adara.

"Kamu ... jahat gib!"

"Maafin aku, sayang maaf," Gibran memeluk Adara.

Tangisan Adara mulai mereda hanya tinggal isakan tangis. Gibran melepaskan pelukannya dan mencivm pipi Adara lembut dan mengusap wajah Adara.

"Maafin aku," menyatukan kening mereka.

Setelah melihat Adara sudah mereda, Gibran bangkit dan mengatur sofa mobil untuk menjadi tegak seperti sebelumnya. adara mengusap wajahnya dengan tangan menghilangkan air matanya, padahal ia nangis hanya beberapa menit namun terlihat matanya bengkak dan memerah.

Gibran mencengkeram kuat 𝘴𝘵𝘦𝘦𝘳𝘪𝘯𝘨 𝘸𝘩𝘦𝘦𝘭 atau setir mobil, ia merasa kesal pada diri sendiri karena tidak bisa menahan diri untuk tidak menyakiti Adara, karena ia tertutup api kecemburuan sehingga ia tidak bisa berpikir dengan jernih.

~••~

Sesampainya di Mansion.

Gibran menggendong Adara 𝘣𝘳𝘪𝘥𝘢𝘭 𝘴𝘵𝘺𝘭𝘦, sedangkan wajah Adara menghadap dad4 bidang Gibran untuk menutupi wajahnya yang bengkak habis menangis.

"Nona adara kenapa?" tanya Farell ang kebetulan lewat.

"Bukan urusan lo," Gibran langsung pergi.

Gibran membuka pintu kamar dengan mendorong menggunakan kakinya, lalu ia dudukan Adara di atas kasur. Setelah itu, Gibran membungkuk menangkup pipi Adara.

"Aku minta maaf atas kejadian tadi, aku terbawa suasana karena cemburu melihat kamu dekat dengan lelaki lain. Aku hanya ingin kamu milik aku ra, jadi aku mohon jangan berpaling,"

Adara mengangguk kecil.

Gibran mencium kening Adara lembut, "Aku sangat sangat mencintai kamu,"

𝘋𝘦𝘨
𝘋𝘦𝘨
𝘋𝘦𝘨

Jantung Adara tiba-tiba berdetak kencang seperti inikah pengakuan Gibran.

"Mau istirahat atau makan sayang?"

Adara menggelengkan kepalanya.

"Yaudah,sekarang kamu tidur saja,"

Setelah itu Gibran keluar dari kamar dan menutup pintu Kamar Adara.

SANG MATAHARI   [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang