IRSYAD

381 41 3
                                    

Setelah mengantarkan Kinan ke rumah sakit, Adara dan Gibran memutuskan untuk ikut mengantarkan Kinan melahirkan.

Sesampainya di Rumah sakit, Adara dan Gibran melihat Rasya dan Naura, serta orang tua sedang menunggu.

"Ara. Sini sayang?" gumam Rasya, dengan langsung berdiri dan menghampiri Adara.

"Bagaimana, keadaan Kinan dan bayinya bang. ?" tanya Adara seketika panik.

"Dia, masih di tangani dokter. Ia tengah melakukan persalinan , " balas Naura.

"Gib, setelah anak itu lahir. Kamu akan terbebas dari Kinan, kamu tidak akan memiliki hubungan lagi dengan Kinan ataupun bayi nya. " Ucap orang tua Kinan.

Persalinan Kinan telah selesai.

Kinan terbaring lemas di brankar, serta bayi cantik di atasnya.

"Gin, gue mau. Lo yang pertama gendong bayi ini, sebagai tanda terimakasih gue selama ini. " balas Kinan.

Kemudian Gibran mendekati tubuh Kinan dengan gugup, lalu mengendong Bayi cantik tersebut, "siapa, namanya?" tanya Gibran.

"Arabella cella Aurelia, " balas Kinan dengan tersenyum.

"Bagus, " pekik Adara menatap bayi yang ada di gendongan Gibran.

"Terimakasih" balas Kinan.

"Kamu akan tinggal dimana? Apakah di keluarga mu?" tanya Gibran.

"Tidak, saya akan membuat bayi saya ke luar negeri, dan akan tinggal di sana selama beberapa tahun, " balas Kinan.

"Baiklah, jika itu adalah keputusan mu. " balas Gibran.

Semua keluarga lalu pulang, setelah selesai menjenguk kinan, dan bayinya.

Setelah pulang dari rumah sakit, Adara dan Gibram memutuskan untuk beristirahat di kamar.

"Gib, jadi gasabar deh pengen liat beby kita!" ucap Adara, dengan sesekali tertawa gelagakan sendiri.

"Tunggu 4 bulan lagi sayang, baru ada!" balas Gibran, yang baru saja keluar dari kamar mandi, dengan tubuh basahnya, serta handuk terlilit di pinggang Gibran.

"Kalau bayinya  perempuan, aku mau beri dia nama Nazera Aldelia Gralin" balas Adara dengan tersenyum manis.

"Kalau lelaki, akan ku beri nama. Marvell Sagara!" balas Gibran, tiba-tiba.

"Okeh, tapi bayi nya pasti perempuan!" balas Adara, seraya menyentuh perutnya yang membuncit.

"Pasti lelaki!" ngeyel Gibran.

"Perempuan!

"Lelaki!"

"Perempuan!"

"Lelaki!"

"Peremp--"

"Semua! Cepat kebawah, sarapan mau di mulai!" teriakan Naura tiba-tiba terdengar.

"Iya!" balas Gibran.

"Perempuan ya, jangan harap lelaki!" ketus Adara

"Pasti lelaki lah, kan aku ayahnya. Pasti dia nurut sama ayahnya, " balas Gibran.

"Gak, aku mommy nya. Pasti dia akan nurut sama mommynya!" balas Adara.

"Laki laki sayang.... " Pekik Gibran.

"Sekali perempuan ya perempuan. "

"Dar... " Suara Lea terdengar berserta dengan suara ketukan pintu.

"Bentar le... "

"Kita tunggu di meja makan. "

"Yaudah... "

SANG MATAHARI   [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang