1 minggu telah berlalu, Adara Rasya dan juga Fatir sudah mengikhlaskan kepergian salma untuk selamanya
Setelah melakukan pekerjaan yang melelahkan, akhirnya Adara bisa beristirahat. Dan sesuai janji Gibran mereka akan makan siang bersama. Para karyawan berbondong-bondong menuju kantin yang ada di kantor. Namun ditengah perjalanan, terdengar beberapa karyawan nya berbisik sembari menatap kearah Adara.
"Tega sih kalo sampai Pak Gibran hianati bu Adara, padahal cantikan bu Adara dari yang tadi ?"
"Kasihan, ih. Padahal udah tunangan langsung diduain aja."
"Kalau menurut gue sih, cakepan bu Adara memang, pinter mapan daripada yang tadi."
"Katanya tu cewek temen kecil nya Pak Gibran tau."
Mendadak perasaan Adara menjadi tidak karuan. Langsung saja ia melihat kearah depan guna melihat apa yang tengah terjadi.
Diparkiran PT. Valerie. Kerumunan memenuhi pinggir parkiran. Entah apa yang mereka lihat, tetapi setelah kedatangan Adara, mereka langsung memberi jalan pada gadis tersebut.
Berbagai macam tatapan didapatkan Adara. Gadis itupun semakin mempercepat langkahnya menuju tengah lapangan.
"Kinan," lirihnya kala ia mendapati sosok gadis berjaket hitam tengah memeluk erat Gibran. Anehnya, Gibran malah membalas pelukan gadis tersebut dan itu berhasil membuat dada Adara terasa sakit. Tak hanya itu, bahkan rasanya air matanya akan luruh sebentar lagi.
Disela adegan itu. Tak sengaja tatapan Gibran mengarah pada Gibran, dan sontak iapun langsung melepas pelukan Kinan padanya.
"Sayang, Aku bisa jela--" belum juga Gibran menyelesaikan kalimatnya, Adara sudah terlebih dahulu berlari dari tengah kerumunan. Tak tinggal diam Gibran pun mengejar nya.
Setelah kepergian Gibran dan Adara. Terlihat Kinan mengusap jejak air matanya. Raut wajah yang semula menyiratkan kesedihan, kini berubah licik.
~••~
Zahra berlari Keluar area kantor. Gadis itu berlari menyebrang jalan tanpa melihat kiri dan kanan, sampai ia tak menyadari bahwasanya sebuah sedan putih terlihat melaju begitu kencang, Hingga.
"ADARA!"
Grep!
Beruntung tubuh Adara langsung ditarik Gibran. Kalau tidak, bisa saja sedan itu sudah menabraknya.
Nafas keduanya yang memburu akibat berlari membuat mereka tak mengeluarkan sepatah katapun.
"Lepasin gue!" Ketus Adara mendorong tubuh Gibran agar menjauh darinya. Seakan menulikan pendengarannya, Gibran bahkan tak beranjak dari posisinya.
Adegan keduanya pun disaksikan semua karyawan kantor. Bahkan, Kirana Pun ada diantara mereka. Jangan lupakan ekspresi wajah yang ditampilkan oleh gadis itu. Wajah merah padam dan nafas yang memburu. Menandakan bahwa ia tak menyukai apa yang tengah dilihatnya.
"Ikut aku, dan aku akan jelasin semuanya." Bisik Gibran tepat ditelinga kanan Adara. Emosi yang semula menguasai gadis itu, perlahan mereda sekarang.
Langsung saja Gibran menarik tangan kekasihnya itu. Keduanya melangkah masuk kedalam area kantor tanpa memperdulikan tatapan semua orang.
Dan balkon ruangan Adara adalah tempat yang Gibran pilih. Ditemani angin sepoi yang berhembus lembut menerpa wajah, Adara mendudukkan dirinya pada kursi dan diikuti Gibran yang duduk disebelahnya.
Gadis itu masih enggan melakukan kontak mata dengan Gibran. Ia lebih memilih mengedarkan pandangannya pada sekitar. Hingga, suara lembut pemuda itu membuatnya menoleh.
KAMU SEDANG MEMBACA
SANG MATAHARI [END]
RomancePerjalanan cinta sepasang kekasih yang ingin bahagia, namun banyak rintangan yang harus mereka alami untuk menuju cinta abadi. "Gue bakal perjuangin lo ra" ~GIBRAN PUTRA PRADANA~ "Mungkin matahari itu tidak akan bersinar pada waktunya" ~ALETTA KENZ...