ZIA DAN ADARA

468 38 3
                                    

"Sya ini beneran Adara ninggalin gue. " Gibran bertanya sambil memegang erat foto Adara yang ada di kamar nya.

"Lo harus berusaha ikhlas gib, lo ga mau kan Adara  ga tenang di sana. "!namun usaha Arsya membuat Gibran luluh dengn nya terasa sia-sia, cinta Gibran begitu besar bagi Adara.

"Gue yakin banyak cewek di sana yang lebih dari Adara. "

"SEKALI LO BILANG GITU LAGI, GUE PERGI DARI RUMAH!. " Ujar Gibran menggunakan nada tinggi

"Sory gib gue gak bermaksud buat--. " Ucapan Arsya terpotong kala melihat Gibran pergi menuju kamar nya,

Arsya berfikir memang benar yang dikatakan Jeni, Cinta sejati tidak akan pernah bisa diganti sekalipun itu yang lebih darinya. Arsya meresapi apa yang Gibran bicarakan tadi. Ia juga merasa bersalah dengan saudara nya itu.

Sementara di dalam kamar, kini Gibran merenung sembari menatap foto Adara. "Ra,, sayangg,,, ini ngak mimpi kan kamu ninggalin aku" Isak nya

Lama kelamaan Gibran terhanyut dalam suasana dan dalam sekejap mata nya memejam dengan foto Adara berada dalam delapan nya.

~••~

Pagi ini sangat cerah bahkan menampakkan awan-awan yang indah langit biru.  Namun Berbeda dengan suasana hati Gibran dan Rasya yang kini sedang berada dalam kantor Rasya

"Dalam ruangan ini gue banyak banget simpen kenangan Adara gib" Ucapnya dengan menatap tatapan kosong menuju luar jedela

"Gue udah berusaha ikhlas dengan semua ini, tapi hati kecil gue ga bisa seakan mengatakan Adara masih hidup"

"Sama sya tapi ga mungkin juga dia bukan Adara. "

"Itu yang selama ini dalam pikiran gue gib. "

Ya, kini sudah memasuki 5 bulan Adara kematian Adara, namun belum ada satu pun keluarga ataupun saudara yang teriak atas kematian Adara, bahkan ayah nya Fatir pun selalu saja menyalahkan diri nya sendiri.
"Sekarang ayah jadi sering emosi. Dia selalu menyalahkan diri atas kepergiannya" Ucap nya kembali metapa Gibran yang tengah duduk di sofa.

"Segitunya om Fatir kehilangan Adara, sama gue juga ga mau kehilangan Adara sya? "

"Lo pikir lo aja gib. "

Tok
Tok
Tok

Suara ketukan pintu ruangan Rasya, "masuk" Ucap Rasya, kemudian gadis cantik masuk ke dalam ruangan tersebut.

"Hey sayang,, " Ucap gadis itu pada Rasya, Gibran yang menjadi nyamuk di sana hanya diam saja, sesekali mengenang kenangannya bersama Adara

"Hey, kenapa ke sini" Balas Rasya sesekali mengecup kening gadis itu

"Hargai yang jomblo" Desak Gibran

"Makanya cari yang baru" Ucap Naura namun tiba tiba keheningan terasa ketika melihat Gibran diam melamun. Naura yang merasa bersalah melirik Rasya sebentar kemudian menghampiri pemuda itu.

"Sabar gib, emang gak mudah kita bisa ikhlas untuk orang yang kita cintai, tapi lo juga harus bahagia lo berhak dapat itu" Ucap Naura berharap pemuda itu mengerti dan mencerna apa perkataan nya barusan

"Harus nya Adara juga berhak dapat bahagia nau"

"Dia bahagia kalo lo bahagia"

Seketika ucapan Naura kembali berhasil membuat Gibran terdiam.

Naura dan Rasya telah menikah, mereka menikah 1 bulan yang lalu tepat 4 bulan kematian Adara. Walau kini keluarga Fatir kembali harmonis namun masih tersimpan kepedihan yang mendalam.

SANG MATAHARI   [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang