Sudah empat jam berlalu, tetapi lampu ruangan oprasi Adara belum juga padam. Gibran, Rasya, Naura dan kedua orang tua Gibran terus menunggu sampai oprasi selesai.
Sementara Irsyad dan Vio memutuskan untuk pulang, mereka tak ingin memperkeruh suasana dengan ikut menunggu di rumah sakit itu.
Sampai beberapa menit kemudian, lampu ruangan oprasi Adara sudah padam. Semua langsung segera bangkit dari duduknya.
Pintu pun terbuka dan memperlihatkan Dokter Raja keluar dari sana seraya melepas masker oprasi yang terpasang di wajahnya.
"Bagaimana?" tanya Gibran pada Dokter Raja.
"Kau benar-benar beruntung, Bro." Dokter Raja menepuk pundak Gibran membuat sang empu benar-benar bingung apa yang sedang dimaksud oleh sahabatnya itu.
"Kau itu sedang membicarakan apa?" tanyanya seraya menepis tangan Dokter Raja yang memegang pundaknya.
Dokter Raja tersenyum simpul. "Masuklah dan lihatlah sendiri!"
Tanpa banyak bicara Gibran langsung masuk ke dalam ruangan oprasi Adara. Terlihat Adara yang masih berbaring tak sadarkan diri di atas brankar.
Para suster sedang mencabut alat-alat medis yang terpasang di tubuh istrinya itu untuk di pindahkan ke ruangan VVIP yang sudah disewakan oleh Gibran sendiri.
Sementara pandangannya langsung mengarah pada suster yang sedang menggendong bayi di tangannya. Dan tiba-tiba saja jantung Gibran berdetak dengan kencang karena suster tersebut mulai mendekat padanya.
"Tuan ini dia putra anda." Suster itu menyerahkan bayi tersebut pada Gibran. Ia menerimanya dengan tangan yang gemetar.
Gibran dapat merasakan bayi itu benar-benar sangat ringan dan terlihat kurus. Mungkin saja karena faktor bayi itu lahir pada saat usia kandungan yang masih baru memasuki 9 bulan kurang beberapa hari saja.
Gibran menatap wajah putranya itu dengan tatapan berkaca-kaca. "Putraku," lirihnya.
Adara kini sudah di pindahkan ke ruangan VVIP yang sudah disewakan oleh keluarganya. Kondisi Adara kini sudah melewati masa kritisnya, dan tinggal menunggu ia sadarkan diri.
Sementara putra yang baru saja dilahirkannya sedang menjalani pemeriksaan karena bayi itu juga sempat terkena benturan dari mobil yang menabrak Adara waktu itu.
Dokter Raja mengatakan jika Adara dan putranya adalah seorang yang sangat kuat dan hebat, karena sudah berhasil bertahan sampai proses operasi caesar selesai, padahal besar kemungkinan jalan untuk selamat sangatlah tipis.
Gibran duduk di samping istrinya itu. Memandang wajah Adara yang masih belum sadarkan diri. Ia meraih tangannya lalu menggenggamnya dengan sangat erat.
Gibran terus menatap wajah Adara, terlihat wajah wanita itu masih sangat pucat setelah menjalani proses operasi caesar.
Disaat Gibran sedang sibuk memandang wajah istrinya itu, tiba-tiba saja pintu terbuka, terlihat para keluarga nya maupun kakak Adara pun masuk untuk melihat kondisi Adara yang sekarang.
"Bagaimana kondisi Adara?" tanya Papa Gibran pada putra nya itu.
"Kondisinya sudah stabil, Pa. Adara berhasil melewati masa kritisnya," jawab Gibran.
"Lalu kemana anakmu?" tanya Mamanya dengan tatapan celingak-celinguk mencari keberadaan putra pertama Gibran dan Adara.
"Masih menjalani pemeriksaan," jawabnya lagi.
Mama Gibran langsung duduk di tepi kasur lalu menatap menantu nya yang masih belum sadarkan diri itu dengan tatapan sayu. "Mulai sekarang kamu dan Adara tinggal di mansion utama yah," ujarnya membuat Gibran langsung mengerutkan keningnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SANG MATAHARI [END]
RomancePerjalanan cinta sepasang kekasih yang ingin bahagia, namun banyak rintangan yang harus mereka alami untuk menuju cinta abadi. "Gue bakal perjuangin lo ra" ~GIBRAN PUTRA PRADANA~ "Mungkin matahari itu tidak akan bersinar pada waktunya" ~ALETTA KENZ...