"Aku ga nyangka bisa ketemu ayah dan bunda, jujur ara kangen dengan kalian, bang Rasya juga. Tapi maafin ara harus sandiwara, untuk mengungkap siapa pembunuh bunda kandung ara" Ucap Adara atau yang kini terkenal dengan nama Zia itu menangis
Irsyad yang melewati toilet itu terkejut mendengar itu, Naura juga melakukan hal yang sama, siapa sangka wanita yang mereka kenali itu Adara.
Dalam pikiran mereka, kenapa bisa. Bahkan Adara sudah di kebumikann dan pihak Rumah sakit sudu mengatakan bahwa yang mendonorkan jantung nya itu Adara sendiri. Dalam
Dengan gerak cepat, Naura langsung memanggil Rasya, mereka bertiga yang kini berstatus kakak Adara pun terkejut mendengar pengakuan Zia.
"Jadi dia ara adek aku mau. " Air mata bahagia Rasya pun mengalir. Sama halnya dengan Naura dan Irsyad. "Iya sayang, dia adek kita" Balas Naura
"Eh-eee kalian. " Ucap Zia saat keluar dari toilet dengan dikagetkan kehadiran Rasya dan Irsyad.
"Araaaa,,,,,, abang kangen sayang,,. " Dengan langkah lebar, Rasya langsung memeluk tubuh sang adek nya, yang 6 bulan lalu di tetapkan telah meninggal dunia.
"Maaf saya Zia" Elak Adara. "Lo Adara, gue tau ra, ini aku Naura sahabat kamu" Isak tangis Naura tak kalah dengan Rasya
~••~
"Iya gue Adara, ara sengaja nyamar seperti yang kalian dengar tadi. " Kejujuran Adara membuat Rasya kaget sedikit marah
"Kenapa harus pergi ra, kita bisa selidiki semua bareng-bareng. " Tanya Rasya
"Ara ga mau merepotkan semua bang. "
"Kita merasa ga di repotkan dengan kamu ra, kita palah senang. " Ujar Naura.
"Ara minta tolong rahasia kan ini semua? " Mohon Adara
"Iya ra abang akan rahasiakan ini semua. "
"Makasih bang. " Ucap Adara memeluk tubuh Rasya. Pelukan yang selalu mereka rindukan kini bisa terwujud beberapa kali Rasya mendaratkan kecupan di kening Adara dengan beberapa kali mengucap syukur.
~••~
"Kok Zia lama ya. " Tanya Salma yang menyadari
"Mungkin kebelet kali bun. " Ucap Fatir mengundang tawa pecah setelah keheningan terjadi.
Tak lama Zia dan Naura beserta Rasya Irsyad kembali berkumpul, "loh kok bisa barengan? " Tanya Fatir mewakili semua yang ikut penasaran.
"Oh tadi aku gak sengaja liat Naura lagi ngobrol sama Zia, yaudah aku samperin. Terus bareng deh ke sininya " Elak Irsyad yang hanya dibalas oh ria oleh semua.
"Emm tante kayak nya Zia ga bisa lama-lama deh. "
"Loh kok buru-buru sih kita makan siang dulu ya,,, " Harapan Salma dan Fatir yang sangat ingin makan bersama Zia
Rasya yang menyadari betapa mengharapkan nya Ayah dan bunda untuk bisa makan bersama Zia. "Eh Zia ga usah nolak, kita makan bareng dulu yok, kasian bunda sama ayah berharap lo mereka. " Ucap Rasya memberi kode untuk Zia
"Yaudah deh demi tante sama om. "
"Demi om sama tante apa Rasya,,,,,. " Ejek Naura, mendapat tatapan tajam dari Zia, Naura hanya bisa cekikikan
"Yaelah nau lo cemburu nih. " Goda Gibran pada sahabat nya itu.
"Wih seorang Gibran sekarang udah gak dingin lagi nih. " Irsyad menyengol lengan Gibran dan hanya dibalas tatapan tanpa diarti
"Udah-udah yok keburu dingin masakan tante nanti"
Kini di meja makan sudah di hidangkan dengan beberapa menu makanan, "Zia duduk di dekat om ya, " Ucap Fatir yang merasa heran untuk ingin sekali dekat dengan Zia.
"Iya om, gapapa kan sya.? " Tanya Zia, dengan tatapan mengejek
"Gapapa it's okay" Jawabnya santai
"Oh ya yok Gibran, Irsyad, vio, Kevin dan yang lain makan juga. Tante hari ini masak banyak loh. "
"Oh ya Zia kamu tau ngak, Adara itu paling suka banget dengan ayam kecap dia juga sering berebut dengan Rasya, iya kan sya. " Ucap Fatir berhasil membuat Zia terdiam, seakan mengingat semua kenangan bersama keluarganya.
Rasya dan Naura hanya saling pandang, saling memberi isyarat. Zia berusaha setenang mungkin agar air mata nya tak jatuh.
"Zia kenapa ya.? " Ucap Gibran dalam hati, seakan penuh tanda tanya dalam benak Gibran, mau bertanya pun engan karena ya Zia dan Gibran belum dekat mesti saling mengenal.
"Zia harus coba deh, ayam kecap buatan tante"
"Boleh om. "
"Boleh dong sayang, sini tante ambilin. "
Rasya yang melihat pemandangan yang sudah lama ia rindukan tersenyum hangat, berharap itu akan terjadi selamanya walau takdir gak akan ada yang tau.
Suasana makan menjadi hening, hanya ada suara garpu sendok dan piring yang saling beradu.
Setelah acara makan bersama selesai, Zia pamit untuk pulang karena hari sudah malam dan ya mungkin merasa ga enak untuk berlama-lama
"Kalo gitu Zia pamit semua, om, tante. " Pamit Zia menyalami punggung tangan dua orang paruh baya tersebut.
"Kapan kapan main kesini lagi ya Zia"
"Iya tante. "
Saat Zia hendak masuk mobil, Tiba tiba Gibran menghampirinya. " Gue anter ya, udah malam juga ga baik kalo cewek malem malem sendiri. " Ucapnya
"Ga ngrepotin?. "
"Sama sekali, mana kuncinya."
"Trus mobil lo mau kemanain. "
"Arsya yang bawa,. "
"Iya santai aja Zia mobil Gibran gue bawa, lo sama Gibran aja. "
"Yaudah dehh nih. "
"Okee"
Gibran beserta teman-teman nya meninggal kan pekarangan mansion Rasya, kebetulan mansion Zia dan Gibran satu arah jadi untuk pulangnya Gibran bisa bareng Arsya yang mengekori dari belakang.
"Ini rumah lo Zia.? " Tanya nya metasa takjub dengan rumah yang sebesar ini
"Iya, kenapa. " Zia menyipitkan matanya
"Gpp, lo tinggal sama siapa? "
"Sendiri, mungkin di temani para maid. " Jawabnya dengan enteng
"Lo ga takut?. "
"Kenapa nanya gitu, ohh lo suka ya sama gue?. "
"Dih, ngak ya cinta gue cuma buat Adara seorang, walau dia udah perhi tapi cinta nya abadi dalam diri gue. " Ucapnya melirik Zia sekilas
Adara/Zia mendengar ucapan Gibran hanya bisa tersenyum walau hati nya ikut sakit melihat cowok yang di cintai sedih karena nya
"Emang lo secinta itu ma dia?" Tanya nya untuk mengalihkan kecurigaan Gibran nantinya
"Ya menurut lo. "
"Ohhh."
"Yaudah gue balik ya za. "
"Oke hati hati lo. "
KAMU SEDANG MEMBACA
SANG MATAHARI [END]
RomancePerjalanan cinta sepasang kekasih yang ingin bahagia, namun banyak rintangan yang harus mereka alami untuk menuju cinta abadi. "Gue bakal perjuangin lo ra" ~GIBRAN PUTRA PRADANA~ "Mungkin matahari itu tidak akan bersinar pada waktunya" ~ALETTA KENZ...